Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Sebuah studi yang diungkap Economist Intelligence Unit (EIU) pada Kamis (15/2) menyebutkan standar demokrasi di seluruh dunia menurun pada 2023 di tengah meluasnya konflik, tindakan keras rezim-rezim otoriter, dan menurunnya tingkat kepercayaan terhadap partai politik arus utama.
Meskipun jumlah negara yang dikategorikan sebagai negara demokrasi meningkat dua kali lipat pada tahun lalu, skor indeks rata-rata global turun menjadi 5,23 pada tahun 2023 dari 5,29 pada tahun sebelumnya. Ini merupakan level terendah sejak studi pertama mengenai hal ini dipublikasikan pada 2006 lalu.
“Dunia telah memasuki era konflik, dan kontur perang besar di masa depan sudah terlihat,” kata penelitian bertajuk “Age of Conflict” tersebut.
Baca juga : Jokowi Ingatkan Dampak Perang di Luar terhadap Indonesia
“Perang saat ini terkonsentrasi di negara-negara di mana demokrasi tidak ada atau berada dalam kesulitan.”
Eropa Barat adalah satu-satunya kawasan yang mengalami peningkatan skor, mengungguli Amerika Utara. Studi tersebut mengatakan ini adalah pertama kalinya Amerika Utara tidak menempati peringkat wilayah dengan skor tertinggi di dunia.
Joan Hoey, editor laporan tersebut, mengatakan bahwa kerugian tidak hanya dialami oleh negara-negara yang berperang (Azerbaijan dan Rusia), namun juga bagi negara-negara yang dilanda perang (Armenia dan Ukraina).
Baca juga : Doa Paus untuk Ukraina, Israel-Palestina hingga Rohingya
“Namun, meningkatnya ketahanan dan konsolidasi demokrasi di negara-negara anggota UE di Eropa Tengah, serta di negara-negara Balkan dan Baltik, memastikan bahwa skor regional secara keseluruhan tidak turun secara signifikan,” tambah Hoey.
“Narasi demokrasi di Eropa Timur dan Asia Tengah dapat disimpulkan stagnan.”
Studi yang dilakukan kelompok analisis yang bermarkas di London ini menunjuk pada meningkatnya sentimen anti-imigrasi di banyak negara. Mereka mengatakan bahwa lanskap politik di Amerika dan Eropa menjadi semakin terpolarisasi.
Baca juga : Menlu Rusia Sebut Negaranya Ingin segera Akhiri Perang di Ukraina
“Tiga tahun setelah pandemi Covid-19, yang menyebabkan kemunduran kebebasan di seluruh dunia, hasil pada tahun 2023 menunjukkan berlanjutnya kelesuan demokrasi dan kurangnya momentum ke depan.”
“Semakin banyak negara yang mengalami penurunan tingkat kepercayaan terhadap partai politik dan pemimpin arus utama, dan menyerah pada perang budaya yang telah lama menjadi ciri khas AS,” kata studi tersebut.
“Eropa Barat juga dilanda rendahnya tingkat kepercayaan terhadap pemerintah,” kata studi tersebut.
Baca juga : Zelensky Kunjungi Kota Garis Depan Bakhmut
Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara akan mengadakan pemilihan umum untuk Parlemen Eropa akhir tahun ini dan jajak pendapat menunjukkan kelompok sayap kanan bisa menjadi kelompok terbesar ketiga di badan legislatif.
Laporan tersebut mengatakan bahwa perjuangan Ukraina untuk mengusir invasi Rusia yang telah berlangsung selama dua tahun telah berdampak buruk pada institusi dan praktik demokrasinya, sementara Rusia terus mengalami kemunduran menuju kediktatoran.
“Hanya 7,8% populasi global yang hidup dalam “demokrasi penuh”, dan lebih dari sepertiganya hidup di bawah pemerintahan otoriter,” kata laporan tersebut.
Baca juga : Turki Lanjutkan Pembicaraan dengan Rusia dan Ukraina untuk Akhiri Perang
Jumlah negara demokrasi bertambah dua pada tahun 2023, yakni Paraguay dan Papua Nugini yang ditingkatkan dari “rezim hibrida” menjadi “demokrasi yang cacat”.
Yunani menjadi "demokrasi penuh", sementara Pakistan diturunkan statusnya menjadi "rezim otoriter". Amerika Serikat masih merupakan negara dengan “demokrasi yang cacat”.
Tiga tempat teratas dalam indeks ditempati oleh Norwegia, Selandia Baru, dan Islandia, sedangkan tiga negara terakhir adalah Korea Utara, Myanmar, dan Afghanistan. (AFP/M-3)
Baca juga : Rudal yang Tewaskan 2 Rakyat Polandia Diluncurkan Ukraina
PADA tanggal 16 Januari 2025 Menteri Luar Negeri Sugiono telah mengukuhkan kepengurusan Indonesian Council on World Affairs (ICWA).
KEMENTERIAN Pertahanan merespons bergabungnya Indonesia dalam organisasi antarpemerintah BRICS. Politik luar negeri yang dianut Indonesia dinilai bebas aktif.
Perjanjian investasi internasional juga tak selalu mulus untuk dijalankan. Apalagi kondisi perekonomian global bersifat dinamis.
ANGGOTA DPR RI dari Fraksi NasDem Amelia Anggraini mendukung langkah Indonesia untuk bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan)
DI tengah krisis iklim, krisis pangan, dan krisis energi yang melanda dunia saat ini, paslon Ganjar Pranowo dan Mahfud MD merumuskan lima arah kebijakan politik luar neger
Wacana pembumian dan aktualisasi nilai akan menumbuhkan pemahaman yang pada gilirannya terefleksi dalam prilaku keseharian.
Komnas HAM merespons serius situasi di Papua dalam kerangka dan tujuan tunggal, yaitu untuk mewujudkan Papua Tanah Damai melalui berbagai upaya rekonsiliasi dan perdamaian.
Dorong upaya-upaya rekonsiliasi untuk mewujudkan perdamaian di Bumi Cenderawasih.
KOMISI Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menghimbau kepada semua pihak untuk tidak menggunakan pendekatan kekerasan dalam menangani konflik antara KKB dan aparat di tanah Papua
Eropa sedang bergegas mempersiapkan warganya untuk menghadapi ancaman konflik yang semakin meningkat dan berada di ambang pintu.
Konflik terjadi karena perbedaan nilai, sumber daya terbatas, atau komunikasi buruk. Pahami penyebabnya untuk solusi efektif!
TNI kembali memberangkatkan bantuan kemanusiaan dari pemerintah Indonesia untuk korban gempa di Myanmar dengan menggunakan 2 pesawat militer.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved