Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEORANG miliarder berusia 35 tahun terpilih menjadi presiden termuda dalam sejarah Ekuador. Pria yang minim pengalaman politik itu dipercaya memimpin negara yang tengah dilanda perang antara geng narkoba.
Pengusaha Daniel Noboa hanya menghabiskan dua tahun di parlemen, di mana aliansi politik barunya hanya memiliki 13 anggota parlemen dari total 137. Meskipun begitu, ia berhasil meraih 52% suara dalam pemilihan melawan Luisa Gonzalez yang berhaluan sosialis.
Dalam proses ini, pewaris kerajaan pisang yang berpendidikan di Amerika Serikat tersebut memberikan pukulan berat bagi mesin politik yang kuat yang dibangun mantan presiden sosialis Rafael Correa, yang telah memilih Gonzalez sebagai wajah baru partainya.
Baca juga: Pemilihan Presiden Ekuador di Tengah Perang Narkoba yang Mencekam
Correa, yang berhasil mengalahkan ayah Noboa dalam pemilihan presiden tahun 2006 dan menjabat selama 10 tahun, masih memiliki pengaruh besar dalam politik Ekuador meskipun ia berada dalam pengasingan di Belgia untuk menghindari eksekusi hukuman di negara asalnya terkait kasus korupsi. Bagaimana Noboa bisa mengalahkan segala rintangan?
Baca juga: Buru Pembunuh Capres Ekuador, AS Tawarkan Hadiah 5 Juta US Dolar
Menurut para analis, sosok berusia 35 tahun ini mewakili suara tuntutan perubahan dari pemilih yang lelah dengan pertarungan tradisional antara kekuatan pro dan kontra Correa di negara tersebut. "Rakyat Ekuador menginginkan kandidat yang tidak mengikuti jalur politik konvensional," kata ilmuwan politik dari Universitas SEK International, Santiago Cahuasqui kepada AFP.
Pemilih juga merasa tidak puas dengan pemerintahan Guillermo Lasso, yang menjadi saksi ledakan kekerasan terkait narkoba selama masa pemerintahannya, yang menyebabkan setidaknya 460 narapidana tewas di penjara, hampir sebelas politikus terbunuh, dan warga sipil hidup dalam ketakutan.
Noboa berada di posisi terbawah dalam pemilihan pertama bulan Agustus di antara delapan kandidat yang bersaing.
Namun, ia mendadak menjadi sorotan setelah tampil dalam sebuah debat dengan mengenakan rompi anti-peluru setelah rivalnya, Fernando Villavicencio, yang sebelumnya berada di posisi kedua dalam jajak pendapat, tewas beberapa hari sebelum pemungutan suara.
Noboa memposisikan dirinya sebagai kandidat perubahan daripada kelanjutan, dan sebelum pemilihan ia menyatakan, orang-orang merasa antusias, terinspirasi, dan menginginkan sesuatu yang baru.
Ia terpilih untuk masa jabatan hanya 16 bulan, mengakhiri masa jabatan Lasso yang menggelar pemilihan cepat untuk menghindari kemungkinan pemakzulan terkait tuduhan penyelewengan dana.
Menurut analis David Chavez, dari Universitas Tengah di Quito, kesuksesan Noboa juga merupakan tanda dari "kecenderungan ke arah kanan" dalam pemilihan. Noboa, meskipun menggambarkan dirinya sebagai berhaluan tengah-kiri, menganut pandangan ekonomi neoliberal dan mendapatkan dukungan dari sayap kanan politik.
Dalam pemilihan terakhir tahun 2021, Guillermo Lasso yang berhaluan kanan berhasil mengalahkan mantan menteri Correa, Andres Arauz, dengan selisih yang mirip dengan kemenangan Noboa atas Gonzalez.
"Kekalahan terbaru Correismo dari seorang politikus yang sama sekali baru di panggung politik, dianggap sebagai "kekalahan signifikan" bagi gerakan sosialis," menurut Cahuasqui.
"Tampaknya strategi gerakan ini yang mengandalkan sosok paling dikenalnya telah mencapai batasnya," tambah Chavez.
Correa, yang memanfaatkan bonanza minyak untuk mendanai pengeluaran pemerintah yang tinggi, populer selama pemerintahannya tahun 2007-2017 dan dua kali terpilih dalam putaran pertama.
Meskipun tampaknya nostalgia sosialis mungkin memudar, Noboa akan memimpin dengan parlemen yang didominasi oleh kekuatan pro-Correa dan kemungkinan akan menghadapi kesulitan dalam mendorong reformasi apa pun. Correismo juga menguasai dua kota terbesar, Quito dan Guayaquil.
Sebagai anak salah satu orang terkaya di Ekuador, Noboa fokus dalam kampanyenya untuk mencapai pemilih muda di negara yang memiliki tingkat kemiskinan sebesar 27% dan tingkat pengangguran yang tinggi. Dengan keseriusan dalam berbicara, namun berkulit coklat dan berpenampilan sporty, ia menjalankan kampanye yang kuat melalui media sosial, berjanji untuk mengembalikan pendidikan kepada para pemuda dan menciptakan lapangan kerja.
"Karena usianya yang muda, ia adalah solusi terbaik bagi semua orang," kata Andres Garcia, seorang mahasiswa universitas berusia 29 tahun kepada AFP.
Selain kejahatan dan kekerasan yang telah membuat tingkat pembunuhan di Ekuador melonjak empat kali lipat dalam empat tahun hingga 2022, jajak pendapat menunjukkan bahwa pengangguran adalah perhatian terbesar para pemilih. Pada hari pemilihan, Noboa berterima kasih kepada pendukungnya "yang percaya bahwa pemuda bisa mengubah sebuah negara." (AFP/Z-3)
RIBUAN warga Kota Depok, Jawa Barat (Jabar) hingga H-3 masih belum menerima surat undangan memilih presiden- wakil presiden dan legislatif.
KEMENANGAN Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan dapat memperkuat peran Turki di kancah dunia. Meski demikian kepemimpinannya tidak akan banyak perubahan bagi rakyatnya.
Demonstran di Guatemala kembali menuntut Jaksa Agung dan beberapa jaksa lainnya mundur karena dinilai berupaya menggagalkan putaran kedua pemilihan presiden.
Mantan Presiden AS Donald Trump mengaku memiliki bukti kecurangan dalam pemilihan umum di Georgia.
Pengawalan ketat petugas bersenjata mewarnai pemilihan presiden Ekuador. Warga mengaku takut dengan kondisi saat ini.
Bernardo Arevalo berhasil memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) Guatemala, meski dibayangi sejumlah kasus pidana.
Ketiga pelaku yang ditangkap berinisial IF, AS alias Bule, dan GP. Ketiganya ditangkap di Terminal Majalengka, Jawa Barat, Minggu (21/8).
Penangkapan kedua pelaku berawal dari penyelidikan polisi yang memeriksa rekaman CCTV atau kamera pengawas di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).
Belum diketahui jumlah korban tewas akibat penembakan yang dilakukan geng saat aksi unjuk rasa menentang kejahatan kriminal.
Direktur Jenderal Kepolisian Frantz Elbé mengatakan penyelidikan insiden mematikan antara gangster dan pengikut gereja tidak terulang.
Empat ledakan menguncang Swedia menyusul upaya mengendalikan gelombang kekerasan terkait geng narkoba.
Antonio Guterres menyatakan prihatin akan kondisi kekerasan yang kian meningkat di Haiti.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved