Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Biden Melarang Pengeboran Minyak dan Gas di Alaska

Thalatie K Yani
07/9/2023 08:00
Biden Melarang Pengeboran Minyak dan Gas di Alaska
Joe Biden mengumumkan pelarangan pengeboran minyak dan gas baru di wilayah luas Alaska.(AFP)

PEMERINTAHAN Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan larangan pengeboran minyak dan gas baru di wilayah luas Alaska, yang sangat penting bagi komunitas Pribumi dan habitat spesies binatang ikonik.

Langkah ini mengikuti keputusan kontroversial pemerintah AS awal tahun ini untuk mengizinkan proyek ConocoPhillips di daerah yang sama. Larangan baru ini mencakup 10,6 juta acre (4,3 juta hektare) atau 40%, dari Cadangan Minyak Nasional di Alaska (NPR-A), sebuah wilayah ekologis penting bagi beruang grizzly, beruang kutub, caribou, dan ratusan ribu burung migran.

"Alaska adalah rumah bagi banyak keajaiban alam paling menakjubkan dan daerah yang memiliki signifikansi budaya," kata Biden dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Ibu Negara AS Positif Covid-19, Joe Biden akan Pakai Masker

"Ketika krisis iklim membuat Arktik menjadi dua kali lebih cepat menghangat daripada bagian lain dunia, kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi wilayah berharga ini untuk segala usia."

Departemen Dalam Negeri AS mengumumkan pembatalan tujuh sewa minyak dan gas lainnya yang diotorisasi mantan Presiden Donald Trump di Cagar Alam Nasional Arctic, yang terletak di sebelah timur NPR-A, juga di Alaska Utara.

Baca juga: AS Beri Dukungan Nyata terhadap ASEAN Outlook on the Indo-Pacific

Dua senator Partai Republik negara bagian itu mengkritik Gedung Putih, mengatakan bahwa Biden mengancam keamanan energi AS. "Keputusan ini ilegal, sembrono, (dan) tidak masuk akal," kata Senator Lisa Murkowski.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang berasal dari Partai Demokrat, Mary Peltola mengaku sangat frustrasi, dengan apa yang dia gambarkan sebagai kegagalan pemerintahan Biden untuk mendengarkan keinginan lokal.

Meskipun pernyataan Biden menyoroti tindakan terbarunya, pemerintahannya telah mendapat kritik berat dari lingkungan yang menyetujui proyek minyak ConocoPhillips yang masif di NPR-A.

Proyek yang disebut Willow, yang diperkirakan akan menghabiskan antara US$8 miliar -US$10 miliar, awalnya diotorisasi di bawah pemerintahan Trump dan kemudian didukung oleh Biden, memicu protes nasional yang luas yang dipimpin aktivis muda.

Para pengamat mengatakan pengumuman baru untuk melindungi lebih banyak wilayah Arktik mungkin sebagian bertujuan mengalihkan beberapa kritik pada proyek Willow.

Rencana baru ini juga akan membatasi, tetapi tidak sepenuhnya melarang, pengeboran di tambahan 2,4 juta acre dari NPR-A, dan mendukung kegiatan subsisten bagi komunitas Pribumi Alaska.Ini juga akan melarang pengeboran di sekitar 2,8 juta acre di Laut Beaufort.

NPR-A adalah lahan publik terbesar di Amerika Serikat dan dibuat mantan Presiden Warren Harding tahun 1923. Pada 1976, Kongres menetapkan ekstraksi bahan bakar fosil di sana harus seimbang dengan perlindungan lingkungan.

Biden berjanji selama kampanye presidennya untuk menghentikan semua sewa baru di lahan dan perairan federal - sebuah janji yang tidak ia tepati.

Beberapa pengamat mengatakan keputusan-keputusannya dibatasi keputusan pengadilan yang tidak menguntungkan dalam menghadapi tantangan yang dipimpin oleh negara-negara bagian Partai Republik. Di sisi lain, administrasinya mengawasi pengesahan Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA), yang mengalokasikan hampir US$400 miliar untuk melawan perubahan iklim.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science pada Juli mengatakan IRA akan menghasilkan pengurangan emisi gas rumah kaca secara ekonomi dari 43%-48% di bawah tingkat tahun 2005 pada 2035.

Namun demikian, ini masih belum mencapai target AS untuk mengurangi 50% emisi pada  2030. (AFP/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya