Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Korut Tutup Pintu Bagi Amerika soal Pemulangan Tentaranya

Cahya Mulyana
20/7/2023 17:54
Korut Tutup Pintu Bagi Amerika soal Pemulangan Tentaranya
Tentara Korsel dan PBB berjaga di Area Keamanan Bersama (JSA) Zona Demiliterisasi (DMZ) di Desa Panmunjom.(AFP)

KOREA Utara (Korut) mengabaikan permintaan Amerika Serikat (AS) tentang pemulangan tentaranya yang kabur, Travis King. Dia memasuki wilayah Korea Utara setelah kabur dalam prosesi pemulangan dari Korea Selatan menuju Texas.

King seharusnya dibawa ke Fort Bliss, Texas, setelah menyelesaikan hukuman penjara di Korea Selatan karena penyerangan. Tetapi King kabur dengan mengikuti rombongan tur sipil ke desa perbatasan Panmunjom pada Selasa (18/7).

Dia pun menjadi orang Amerika pertama yang diketahui ditahan di Korut dalam hampir lima tahun terakhir. “Kemarin Pentagon menghubungi rekan-rekannya di Tentara Rakyat Korut. Pemahaman saya adalah bahwa komunikasi itu belum dijawab,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller.

Baca juga : Amerika Serikat Tidak Heran Jika Korea Utara Melakukan Uji Coba nuklir baru

Miller mengatakan Gedung Putih, Pentagon, dan Departemen Luar Negeri AS bekerja sama untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi dan keberadaan King. Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan pemerintah AS akan terus bekerja untuk memastikan keselamatannya dan kembali ke keluarganya.

Motif penyeberangan perbatasan King tidak diketahui. Seorang saksi dalam tur itu mengaku tidak sadar terdapat peserta asing sampai mendengar seorang tentara Amerika meminta menghentikannya. Tapi King telah melintasi perbatasan dalam hitungan detik.

Baca juga : Korea Utara Ancam Tembak Jatuh Pesawat Mata-mata AS

King, 23, bertugas di Korea Selatan sebagai pengintai kavaleri di Divisi Lapis Baja ke-1. Dia dapat diberhentikan dari militer dan menghadapi hukuman potensial lainnya setelah dinyatakan bersalah atas kejahatan di Korea Selatan.

Pada Februari, pengadilan Seoul mendendanya 5 juta won atau US$3.950 dan menghukumnya karena menyerang orang tak dikenal dan merusak kendaraan polisi di Seoul, Oktober. Putusan itu mengatakan King juga dituduh meninju seorang pria di klub malam di Seoul.

Belum diketahui King menghabiskan berjam-jam untuk meninggalkan bandara pada Senin (17/6), sampai bergabung dengan tur Panmunjom pada Selasa (18/7). Angkatan Darat menyadari dia hilang ketika dia tidak turun dari penerbangan di Texas seperti yang diharapkan.

Korut sebelumnya telah menahan sejumlah orang Amerika yang ditangkap karena tuduhan anti-negara, spionase, dan lainnya. Tetapi tidak ada orang Amerika yang ditahan sejak Korut mengusir Bruce Byron Lowrance dari Amerika pada 2018.

Selama Perang Dingin, sejumlah kecil tentara AS yang melarikan diri ke Korut kemudian muncul dalam film-film propaganda Korut. “Korut tidak akan menangkap dan melepaskan pelintas batas karena hukum domestiknya yang ketat dan keinginan untuk mencegah orang luar melanggarnya. Namun, rezim Kim memiliki sedikit insentif untuk menahan warga negara Amerika dalam waktu lama, karena hal itu dapat menimbulkan tebusan," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.

Bagi Pyongyang, kata dia, masuk akal untuk menemukan cara mendapatkan sejumlah kompensasi dan kemudian mengusir warga Amerika karena masuk tanpa izin ke negara itu. "Kim membahayakan kepentingan diplomatik dan keuangan Korea Utara,” katanya.

Dalam skenario kasus terbaik, tentara Amerika akan pulang dengan selamat dengan mengorbankan beberapa kemenangan propaganda untuk Pyongyang, "Pejabat AS dan Korut akan memiliki kesempatan untuk melanjutkan dialog dan kontak yang mandek selama pandemi covid-19," pungkasnya.

Pakar lain mengatakan Korut kemungkinan tidak akan dengan mudah mengembalikan King karena dia adalah seorang prajurit yang tampaknya secara sukarela melarikan diri ke Korut. Meskipun banyak tahanan sipil AS sebelumnya dibebaskan setelah AS mengirim tokoh tinggi ke Pyongyang untuk pembebasan.

AS dan Korut, yang berperang selama Perang Korea 1950-53, masih belum memiliki hubungan diplomatik. Swedia menyediakan layanan konsuler untuk orang Amerika dalam kasus-kasus sebelumnya, tetapi staf diplomatik Swedia dilaporkan belum kembali sejak Korut memerintahkan orang asing untuk meninggalkan negara itu pada awal pandemi covid- 19 .

"Apa yang akan saya katakan adalah bahwa kami di sini di Departemen Luar Negeri telah terlibat dengan rekan-rekan di Korea Selatan dan Swedia dalam masalah ini, termasuk di sini di Washington," kata Miller.

Jeon Ha-kyu, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, mengatakan kementeriannya berbagi informasi terkait dengan Komando PBB pimpinan Amerika di Korea Selatan. Saat ini, tidak ada dialog aktif yang diketahui antara Korut dan AS atau Korea Selatan.

Kasus King terjadi ketika Korut meningkatkan kritiknya terhadap AS atas langkahnya baru-baru ini untuk meningkatkan komitmen keamanannya terhadap Korea Selatan. Awal pekan ini, AS mengerahkan kapal selam bersenjata nuklir di Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam empat dekade.

Korut kemudian melakukan uji tembak dua rudal dengan jangkauan potensial untuk menyerang pelabuhan Korea Selatan tempat kapal selam AS berlabuh.

Anggota keluarga King mengatakan prajurit itu mungkin merasa kewalahan dengan masalah hukumnya dan kemungkinan pemecatan. Mereka menggambarkan dia sebagai penyendiri yang pendiam yang tidak minum atau merokok.

"Saya tidak bisa melihat dia melakukan itu dengan sengaja jika dia waras," kata kakek dari pihak ibu King, Carl Gates.

Carl Gates mengatakan cucunya bergabung dengan militer tiga tahun lalu karena keinginan untuk melayani negaranya dan karena dia ingin melakukan yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Ibu King, Claudine Gates, mengatakan di luar rumahnya di Racine, Wisconsin, bahwa yang dia pedulikan hanyalah membawa pulang putranya.

"Saya hanya ingin putra saya kembali," katanya dalam video yang diposting oleh stasiun televisi Milwaukee WISN. “Bawa anakku pulang.” (AFP/Z-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya