Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Saran Lab45 untuk RI Menanggapi Normalisasi Hubungan Saudi-Israel

Mediaindonesia.com
22/6/2023 21:13
Saran Lab45 untuk RI Menanggapi Normalisasi Hubungan Saudi-Israel
Laboratorium Indonesia 2045 memberikan rekomendari kepada pemerintah menanggapi normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel.(Ist)

INDONESIA perlu memperhatikan secara seksama kemungkinan normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel yang memengaruhi dukungan terhadap Palestina. Hal itu menjadi salah satu rekomendasi kajian bertajuk 'Prospek Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi-Israel' yang dipublikasikan lembaga Laboratorium Indonesia 2045 (Lab45), Rabu (21/6).

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto dalam sambutan kegiatan mengatakan bahwa jajarannya rutin melakukan kajian geopolitik dan disampaikan kepada Presiden setiap akhir bulan. Salah satu variabel yang dibahas adalah dinamika hubungan Timur Tengah.

"Harapan saya, kajian Lab45 ini akan mampu memperkaya pemahaman kita semua agar dapat memperkuat kewaspadaan serta mengantisipasi dinamika Timur Tengah yang baru-baru ini terjadi dan dampaknya bagi Indonesia," ucapnya.

Tim penulis monograf 'Prospek Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi-Israel' Broto Wardoyo menjelaskan bahwa normalisasi Saudi-Israel akan memberikan beberapa dampak yang patut diperhatikan oleh Indonesia. Pasalnya, kata dia, normalisasi hubungan akan membawa kemudahan posisi Indonesia dalam masalah Palestina. Konsistensi Indonesia dalam memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina akan membuat kampanye mengenai hal tersebut lebih mudah dilakukan dengan membandingkannya dengan keputusan negara-negara Arab.  

"Dalam kondisi menjelang pemilihan umum, penggunaan isu Palestina akan menjadi semakin besar kemungkinannya. Untuk itu, pemerintah Indonesia perlu mendorong pengamatan yang lebih serius dalam masalah Palestina dan Israel dengan menugaskan individu atau tim khusus, terutama memberikan justifikasi ke publik bahwa pemerintah Indonesia memberikan dukungan pada Palestina," ujarnya.

Broto juga menambahkan analisis lainnya terkait implikasi global dari adanya normalisasi hubungan diplomatik Saudi dan Israel tidak terlalu besar. Penolakan dari negara-negara besar tidak akan dominan, termasuk dari Tiongkok, meski hal tersebut menunjukkan kembalinya peran Amerika Serikat di Timur Tengah.


Baca juga: Rencana Pertemuan Modi dan Biden Dibayangi Isu Pelanggaran HAM


Hal itu mengingat pendekatan Tiongkok terhadap Timur Tengah lebih didorong oleh kepentingan ekonomi dan energi sehingga tidak ada pertarungan yang antagonistik antara negara-negara besar, Amerika Serikat dan Tiongkok, dalam langkah normalisasi hubungan diplomatik Saudi dan Israel. Kondisi itu membuat stabilitas dapat lebih terjaga dan Indonesia dapat lebih tenang dalam menentukan prioritas-prioritas globalnya.

"Normalisasi akan memengaruhi posisi politik Iran dan mitra-mitra aliansinya. Langkah tersebut tetap berpotensi mengubah arah kebijakan Iran dan meniadakan kembali jaminan keamanan Arab Saudi dari serangan Iran maupun sekutu-sekutunya. Hal ini akan menciptakan gangguan-gangguan dalam stabilitas di kawasan meski tidak memunculkan gejolak yang besar," jelasnya.

Muhammad Luthfi Zuhdi, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia selaku penaggap, mengamini bahwa ada beberapa faktor internal di Arab Saudi yang mendorong negara itu untuk mencoba membangun relasi dengan negara yang dulu dianggap sebagai musuh, salah satunya adalah Israel.

"Faktor internal itu adalah Visi 2030 Arab Saudi yang 80% berdasarkan pertimbangan ekonomi yakni ingin mencari devisa selain dari sektor minyak dan gas," ujarnya.

Dia juga melihat bahwa normalisasi hubungan itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena ada beberapa faktor yang menghambat yakni dari Pemerintah Israel yang terus bertindak keras terhadap Palestina. Padahal, Saudi menjadi salah satu penyokong, termasuk dalam hal pendanaan bagi Palestina.

Penaggap lainnya, Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia, mengatakan, kajian Lab45 ini sangat komprehensif dan diarahkan untuk pengambilan kebijakan oleh berbagai pihak seperti Pemerintah.

Dia juga melihat bahwa normalisasi ini masih tersandung pada tindakan kelompok sayap kanan Israel yang tidak berubah sehingga jika terus dipetahakan maka prospek perdamaian dan stabilitas politik di Palestina dan kawasan tidak akan bergerak maju. (RO/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya