Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Ketegangan Thailand-Kamboja Memanas, ASEAN Didesak Turun Tangan

 Gana Buana
24/7/2025 13:49
Ketegangan Thailand-Kamboja Memanas, ASEAN Didesak Turun Tangan
Konflik di perbatasan Thailand-Kamboja(Dok. BBC)

KETEGANGAN antara Thailand dan Kamboja kembali meningkat setelah insiden diplomatik yang memicu kemarahan di kedua negara. Meskipun belum terjadi eskalasi besar, kekhawatiran akan potensi konflik bersenjata kembali mencuat, seiring lemahnya kepemimpinan di kedua pemerintahan.

Insiden terbaru melibatkan kebocoran percakapan pribadi antara mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra dan mantan pemimpin Kamboja Hun Sen, yang kini masih berpengaruh di pemerintahan anaknya, Perdana Menteri Hun Manet. Kebocoran tersebut berbuntut pada penangguhan Perdana Menteri Thailand saat ini, Paetongtarn Shinawatra—putri Thaksin—oleh Mahkamah Konstitusi.

Thaksin, yang menjadi tokoh sentral di balik pemerintahan koalisi Thailand, merasa dikhianati oleh Hun Sen. Ia meyakini bahwa hubungan pribadi mereka telah digunakan secara politis untuk merugikan pihaknya. Akibatnya, hubungan diplomatik kedua negara merenggang, memicu ketegangan militer di perbatasan.

Krisis Kepemimpinan Picu Kekosongan Kendali

Di Kamboja, Perdana Menteri Hun Manet dinilai belum memiliki otoritas penuh, meski menggantikan ayahnya yang berkuasa selama puluhan tahun. Pengaruh Hun Sen masih kuat, dan pengamat menilai ia tengah memanfaatkan ketegangan ini untuk mengangkat kembali citra nasionalisnya.

“Ekonomi Kamboja tengah terpukul, dan tampaknya Hun Sen mencoba mengalihkan fokus publik ke isu nasionalisme,” kata Jonathan Head, Koresponden BBC Asia Tenggara, dikutip dari BBC, Kamis (24/7).

Sementara di Thailand, stabilitas politik diuji dengan rapuhnya koalisi yang memerintah. Ketegangan internal diperparah dengan gejolak politik akibat penangguhan PM Paetongtarn.

ASEAN Didorong Bertindak Cepat

Sejumlah analis menilai, peran ASEAN sangat krusial dalam menengahi konflik. Blok regional itu selama ini dikenal memiliki misi utama mencegah konflik di antara negara-negara anggotanya.

“ASEAN perlu segera bertindak sebelum situasi memburuk,” ujar Head. “Selama ini, peran ASEAN sangat penting dalam meredam konflik lintas batas di kawasan.”

Belum ada pernyataan resmi dari Sekretariat ASEAN terkait langkah yang akan diambil. Namun, sumber diplomatik menyebut beberapa negara anggota mulai melakukan pendekatan informal kepada Bangkok dan Phnom Penh untuk meredakan situasi.

Belum Ada Indikasi Perang Terbuka

Meskipun terjadi peningkatan kehadiran militer di perbatasan, sejauh ini belum ada indikasi bahwa konflik akan berkembang menjadi perang terbuka.

“Bentrok bersenjata sebelumnya terjadi namun bisa diredakan dengan cepat. Kali ini, tantangan utamanya adalah tidak adanya pemimpin yang cukup kuat di kedua negara untuk mengambil langkah mundur,” jelas Head.

Situasi di lapangan masih dinamis, dan komunitas internasional terus memantau perkembangan dengan cermat. Masyarakat di kedua negara diimbau tetap tenang sembari menunggu kejelasan langkah diplomatik selanjutnya. (BBC/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya