Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
DUTA Besar Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali Mohamed menilai konflik yang terjadi di Sudan bukan perang saudara. Dia menyebutnya sebagai upaya kudeta oleh Pasukan Pendukung Cepat (RSF) yang diredam militer Sudan.
"Karena rangkaian peristiwa yang disesalkan, yang dimulai pada Sabtu (15/4) pagi, sebagai akibat langsung dari pemberontakan yang dilakukan oleh RSF, dalam upaya berdarah untuk merebut kekuasaan dengan paksa. Mereka secara terang-terangan menyerang sesama rekan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF), di berbagai lokasi di ibu kota, Khartoum, dan kota-kota lainnya," ujar Yassir saat memberikan keterangan resmi di kediamannya, Jakarta, Rabu (3/5).
Menurut di SAF, berdasarkan tugas konstitusionalnya, dan tanggung jawab nasional menjaga keamanan dan stabilitas di negara tersebut. Maka tidak memiliki pilihan bagi SAF selain menanggapi serangan tersebut dengan keras dan mendorong RSF dari semua kampnya di negara tersebut, setelah menghancurkan 'HQ' sebutan untuk Markas Besar RSF.
Baca juga: Sudan Minta Bantuan Kemanusiaan
Ia mengatakan RSF telah diusir dari markas SAF, dan sekitarnya, dan beberapa lokasi sensitif, yang coba direbut seperti Istana Republik, Bandara Khartoum dan Perusahaan Penyiaran Radio dan Televisi Nasional. Ironisnya, semua lokasi ini dulunya dijaga bersama oleh pasukan SAF dan RSF.
"Patut disebutkan bahwa RSF telah mengerahkan lebih dari empat puluh ribu pasukannya di ibu kota, dengan mobil SUV bersenjata lengkap mereka. Sekarang telah dipastikan bahwa setelah penghancuran semua sumber dukungan logistik dasar mereka, 85% pasukan mereka menyerah, melarikan diri atau dibunuh oleh tentara," paparnya.
Baca juga: Presiden Sudan Selatan Tengahi Konflik Politik di Sudan
Oleh karena itu, lanjut dia, mengingat fakta-fakta ini, tidak benar untuk menggambarkan kondisi sedang terjadi sebagai perang saudara. Ini lebih merupakan tindakan yang tak terhindarkan oleh SAF terhadap kelompok pemberontak bersenjata, yang memiliki upaya kudeta untuk merebut kekuasaan, dan juga mencoba membunuh kepala negara, dan mengendalikan semua lokasi strategis di Khartoum.
"Sekarang, menjadi jelas bahwa serangan ofensif ini direncanakan dengan baik, dipersiapkan dengan baik, dan diatur dengan baik, tidak hanya oleh RSF yang memberontak, tetapi juga didukung oleh elemen asing, dalam konspirasi besar untuk mengepung kekuasaan dengan paksa di Sudan," tuturnya.
RSF, lanjut dia, kini kehilangan cengkeramannya di beberapa lokasi, dan saat ini berada pada posisi yang sangat terdesak. Akibatnya, mereka cenderung memperburuk situasi kemanusiaan, melalui taktik jahat, dengan menargetkan beberapa fasilitas dasar di ibu kota, akibatnya 69% rumah sakit tidak berfungsi, dan staf medis dievakuasi secara paksa, pekerja darurat dan ambulans menjadi sasaran, 19 tenaga medis tewas, sembilan di antaranya diculik dan sejumlah apotek dijarah.
Tidak hanya itu, kata Yassir beberapa rumah sakit digunakan oleh pemberontak sebagai pangkalan militer, setelah mengevakuasi paksa semua pasien, termasuk mereka yang berada dalam posisi kritis. Karena pasokan kebutuhan dasar RSF tidak mencukupi, mereka mengobrak-abrik puluhan supermarket dan toko kelontong di sekitar Khartoum.
Pemberontakan melanggar gencatan senjata kemanusiaan sebanyak enam kali, dan sejumlah tempat diplomatik telah dilanggar, seperti kedutaan Uni Eropa, India, Indonesia, Malaysia, dan sebuah surat diplomatik milik Kedutaan Besar Amerika Serikat. Pasukan pemberontak menjarah mobil kedutaan Indonesia, dan juga membunuh seorang atase administrasi kedutaan Mesir.
"Dalam manifestasi lain pelanggaran mereka, RSF, telah melakukan beberapa kekejaman. Salah satu yang terburuk di antara mereka adalah merekrut anak-anak sebagai tentara. RSF, dengan sumber dayanya yang besar, tidak pernah membangun satu sekolah pun di Darfur atau di mana pun di dunia," pungkasnya. (Cah/Z-7)
Lebih dari 400 orang dilaporkan tewas akibat serangan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di wilayah El-Fasher, Darfur, menurut PBB yang mengutip sumber-sumber kredibel.
MESIR meminta warganya untuk segera meninggalkan Sudan dan menahan diri untuk tidak melakukan perjalanan ke negara itu dalam keadaan apa pun.
Suara ledakan terdenar ketika tentara menargetkan pangkalan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat dengan artileri.
Kondisi perang yang berkepanjangan di Sudan telah berdampak terhadap persediaan makanan. PBB memperingatkan ancaman kelaparan parah.
SEDIKITNYA 16 warga sipil dilaporkan tewas dalam baku tembak antara tentara Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) di Wilayah Darfur, Sudan.
PEMIMPIN de facto Sudan sekaligus panglima angkatan bersenjata Abdel Fattah al-Burhan mengumumkan gencatan senjata "sepihak" pada Selasa (27/6) yang merupakan hari pertama libur Idul Adha.
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) terpaksa memangkas secara signifikan rencana bantuan kemanusiaan global untuk 2025. Soalnya, pasokan dana mengalami penurunan.
Kolera terutama merajalela di kalangan pengungsi yang melarikan diri dari Sudan.
LEBIH dari satu juta orang terdampak banjir di Sudan Selatan setelah hujan deras melanda negara tersebut. Ini menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
DI kawasan yang bergejolak, hanya ada sedikit wilayah yang lebih berbahaya dibandingkan dataran datar di sekitar kota Abiemnom, Sudan Selatan.
Tim basket Amerika Serikat meraih kemenangan dramatis atas Sudan Selatan dengan skor 101-100 dalam pertandingan menjelang Olimpiade Paris 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved