Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DUTA Besar Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali Mohamed meminta bantuan kemanusiaan untuk warga sipil yang menjadi korban peperangan. Ia menuntut Indonesia dan komunitas internasional mengulurkan bantuan makanan hingga logistik kesehatan.
"Ya, kami memang membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak, terutama bagi mereka yang terluka," kata Yassir saat memberikan keterangan resmi di kediamannya, Jakarta, Rabu (3/5).
Ia mengatakan konflik bersenjata antara militer Sudan dengan milisi Pasukan Reaksi Cepat (RSF) telah menghancurkan banyak rumah sakit. Akibatnya banyak pasien yang terlantar di tengah kekurangan obat-obatan.
Baca juga: Presiden Sudan Selatan Tengahi Konflik Politik di Sudan
"Kami membutuhkan bantuan rumah sakit juga. Kami memiliki beberapa daftar bantuan yang dibutuhkan. Kami rencananya akan bertemu dengan Menteri Kesehatan (Indonesia, Budi Gunadi Sadikin) untuk menyampaikan hal ini," sambung dia.
Saat ini, Sudan sudah menerima beberapa bantuan kemanusiaan dari negara tetangga. Namun, sambung Yassir, pihaknya tak menutup pintu untuk menerima bantuan dari beberapa negara sahabat, termasuk Indonesia.
Baca juga: 800 Ribu Orang Tinggalkan Sudan ke 7 Negara Tetangga
Yassir menjelaskan, beberapa rumah sakit di Sudan telah terkena serangan. Dia berharap akan ada segera komunikasi yang berlangsung terkait kebutuhan agen kemanusian di Sudan.
"Saya kira, lebih dari 40% rumah sakit kami telah diserang," katanya.
Pihaknya mengaku telah menerima beberapa bantuan dari beberapa negara seperti Oman dan Mesir. Namun itu tidak cukup untuk membantu rakyat Sudan yang terluka dan kelaparan.
Yassir mengaku gembira setelah mendengar proses evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Sudan berlangsung cepat dan lancar. Dia berharap konflik di negaranya dapat segera berakhir.
"Banyak WNI yang belajar di beberapa universitas di Khartoum. Kami menerima banyak pelajar Indonesia karena universitas kami cukup terkenal di kalangan Indonesia," pungkasnya. (Z-10)
PENGUASA militer Sudan menghadapi tekanan berat dari pengunjuk rasa dan pemerintah Barat, untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil yang baru.
KONFLIK antara pengunjuk rasa dari warga sipil melawan penguasa militer terbaru di Sudan mulai memanas.
PENGUASA militer Sudan, Kamis (16/5), menangguhkan pembicaraan penting dengan para pemrotes tentang pemerintahan sipil.
PASUKAN keamanan Sudan menyerang kamp protes di ibu kota. Akibatnya sekitar 13 orang tewas dalam insiden tersebut.
PENGUASA militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengatakan militer telah memutuskan untuk membatalkan kesepakatan dengan para pengunjuk rasa.
Enam puluh orang tewas dalam penumpasan dua hari terhadap para demonstran Sudan yang dilakukan oleh pasukan militer dan paramiliter Sudan.
Diketahui ada sekitar 1.200 WNI yang berada di Sudan saat ini, sebanyak 800 diantaranya adalah mahasiswa. Keamanan mereka terancam karena konflik antara militer dan milisi Sudan.
PERANG saudara masih berkecamuk di Sudan. Pertempuran antara militer dan kelompok paramiliter yang disebut Pasukan Pendukung Cepat (RSF) meletus sejak Sabtu, (15/4).
Para mahasiswa WNI mengatakan hingga Selasa, (18/4) suara ledakan terus menggema di telinga warga ibu kota Sudan, Khartoum.
Sejauh ini situasi keamanan di Sudan belum kondusif untuk mengevakuasi sebanyak 1.209 WNI ke tempat lebih aman termasuk ke Tanah Air.
PERWAKILAN pemerintah Republik Indonesia mengevakuasi 15 WNI ke Safe House di Kantor KBRI Khartoum karena kondisi perang saudara di Sudan.
JEPANG mempersiapan proses evakuasi warganya dari Sudan, setelah gagalnya gencatan senjata yang diinisiasi oleh Amerika Serikat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved