Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Dubes Ukraina Tuding Rusia Biang Keladi Ancaman Keamanan Pangan

Mediaindonesia.com
16/11/2022 14:55
Dubes Ukraina Tuding Rusia Biang Keladi Ancaman Keamanan Pangan
Biji-bijian gandum dalam fasilitas penyimpanan di peternakan dekat Izmail, di wilayah Odessa, Ukraina.(AFP/Oleksandr Gimanov.)

DUTA Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin, menuding biang keladi ancaman keamanan pangan global ialah Rusia yang mengganggu produksi hingga transportasi logistik biji-bijian, pupuk di Laut Hitam.

"Masalah pangan beragam, tetapi perang yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina menjadi faktor utama penyediaan pangan Ukraina yang dikenal sebagai lumbung biji-bijian. Gangguan terjadi akibat agresi. Mengganggu produksi dan logistik," tegasnya dalam Global Food Security Forum, di sela KTT G20, Bali.

Global Food Security Forum ialah salah satu ajang penting di sela KTT G20 yang diselenggarakan Gaurav and Sharon Srivastava Family Foundation, Kementerian Pertahanan, dan Kemenko Maritim dan Investasi. Selain Vasyl Hamianin hadir pembicara lain yaitu Peter Engelke dari Atlantic Council; Bo Holmgreen pendiri dan CEO Scholars of Sustenance, Dr. Michał Kurtyka, mantan menteri Iklim dan Lingkungan Polandia; Guy Margalith, wakil penasihat utama kebijakan luar negeri di Komando Indo-Pasifik AS dan Laksmi Prasvita, kepala Komunikasi, Urusan Publik, Sains, dan Keberlanjutan Bayer Indonesia.

Menurut Vasyl, rezim Moskow yang dipimpin Presiden Vladimir Putin secara nyata membuat produksi dan pengiriman biji-bijian dan pupuk ke wilayah Asia dan Afrika terhambat hingga Ukraina berhasil membebaskan transportasi di Laut Hitam. Pada 31 Oktober lalu, secara sepihak Rusia telah mundur dari The Joint Coordination Centre (JCC) atau kesepakatan koridor pangan di Laut Hitam. Perjanjian antara Rusia-Ukraina ditengahi PBB dan Turki yang seharusnya perjanjian ini berakhir hingga 19 November 2022. 

Perjanjian yang sudah disepakati Rusia-Ukraina pada Juli 2022 memastikan perjalanan kapal yang membawa gandum dari Ukraina melalui Laut Hitam aman dan telah memainkan peran penting dalam menurunkan harga gandum dan komoditas lain secara global. Mundurnya Rusia dalam kesepakatan ini telah menyebabkan ekspor gandum dan biji-bijian tertunda sebanyak 170 kapal. Akibatnya harga gandum dan jagung di pasar komoditas global terkerek setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan. 

Banyak pihak panik karena sikap Rusia akan membuat terganggunya pasokan ekspor minyak bunga matahari Ukraina. Demikian pula biji-bijian bahan pokok pangan seperti gandum yang dibutuhkan masyarakat Afrika. Data pertanian Gro Intelligence menyebutkan Ukraina dan Rusia menyumbang hampir sepertiga dari ekspor gandum global. Mereka juga termasuk di antara tiga pengekspor barley, jagung, minyak lobak, dan minyak bunga matahari global teratas.

Komite Penyelamatan Internasional (IRC), organisasi bantuan kemanusiaan, mengatakan konsekuensi penarikan Rusia dari kesepakatan gandum bisa menjadi bencana bagi negara-negara miskin. Hal ini karena banyak di antaranya yang sudah mengalami kelaparan ekstrem. "Dibutuhkan banyak keberanian untuk mengidentifikasi persoalan dasar ini dan mengakui bahwa ini akibat agresi Rusia terhadap Ukraina. Masalah ketahanan pangan global saat ini ialah rezim Moskow," tegasnya. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya