Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Isu Agama Membuat Pemilu di Brasil jadi Arena 'Perang Suci'

Adiyanto
27/10/2022 09:43
Isu Agama Membuat Pemilu di Brasil jadi Arena 'Perang Suci'
Michele (tengah) istri Presiden Brasil, Jair Bolsonaro menjadi juru kampanye suaminya(JL ROSA AFP)

Brasil akan menggelar pemilihan umum putaran kedua pada 30 Oktober mendatang. Pertarungan antara presiden petahana Jair Bolsonaro yang mewakili sayap kanan dan Luiz Inacio Lula da Silva dari sayap kiri, telah membuat masyarakat itu terpolarisasi dalam ‘Perang Suci’. Pada putaran pertama 2 Oktober lalu, Lula unggul dari Bolsonaro, namun perolehan suaranya belum mencapai 50%.

Untuk diketahui, agama memainkan peran yang semakin besar dalam politik di Brasil. Sebuah jajak pendapat Datafolha mengungkapkan  sebanyak 59%  warga mengatakan agama adalah faktor penting dalam cara mereka memilih.

Negara di Amerika Selatan berpenduduk 215 juta orang itu merupakan negara Katolik terbesar di dunia dimana lebih dari separuh penduduknya penganut Katolik. Brasil juga memiliki komunitas Evangelis yang berkembang pesat dan kuat secara politik, yang diperkirakan mencapai hampir sepertiga pemilih.

Bolsonaro, seorang Katolik konservatif, telah memupuk hubungan dekat dengan kaum Evangelis dan menjadikan agama sebagai bagian sentral dari kampanye pemilihannya kembali, dengan slogan "Tuhan, negara, keluarga, dan kebebasan."

Lula -- juga Katolik, tetapi bukan orang yang sering sesumbar tentang keimanannya. Dia kini sibuk menangkis disinformasi yang menuduhnya merencanakan untuk menutup gereja. Dia kini juga berusaha menenangkan ketakutan kaum Evangelis tentang masalah aborsi yang memecah belah dan persoalan gender.

"Membawa agama ke dalam perdebatan politik membuat pekerjaan para kandidat lebih mudah. ​​Ini adalah cara untuk meningkatkan penolakan pemilih terhadap musuh menggunakan isu-isu dengan daya tarik emosional yang kuat," kata ilmuwan politik Leandro Consentino, dari universitas Insper.

Faktor ibu negara

Bolsonaro, yang sedikit membuntuti Lula dalam jajak pendapat, memiliki keunggulan besar di antara kaum Evangelis: 65% berbanding 31%. Mantan kapten tentara berusia 67 tahun itu telah lama dekat dengan komunitas Injili.

Dia dibaptis di Sungai Yordan pada 2016 oleh seorang pendeta Pantekosta terkemuka dan bersekutu erat dengan para pemimpin beberapa gereja besar terbesar di negara itu. Popularitasnya di kalangan Evangelism makin kuat ketika dia memenuhi janjinya untuk menunjuk seorang hakim "yang sangat Injili" di Mahkamah Agung.

Tetapi aset terbesarnya mungkin adalah istrinya yang fotogenik dan Evangelikal yang taat, Michelle. Bolsonaro telah memberikan peran penting kepada sang ibu negara dalam berkampanye.

Dia menyebut pemilihan kali ini sebagai "perang spiritual antara yang baik melawan yang jahat," dan menyebut Lula sebagai "iblis".

Bolsonaro juga memiliki pendukung utama dari kalangan pendeta berpengaruh seperti televangelis top Silas Malafaia, yang telah mencela Lula sebagai "pembohong" dan "peminum alkohol" kepada 10 juta pengikutnya di media sosial.

“Bolsonaro telah berhasil dengan menjadikan agama sebagai isu sentral,” kata analis politik Adriano Laureno dari perusahaan konsultan Prospectiva. "Jika kita berbicara tentang ekonomi, Lula mungkin akan berada dalam posisi yang lebih nyaman," imbuhnya.

Tapi, Lula, 77, tidak sepenuhnya kalah dalam pertempuran di kalangan alkitabiah. Mantan pemimpin serikat yang karismatik itu bahkan lebih populer daripada Bolsonaro di kalangan umat Katolik, yakni 57%  berbanding 37%. Dia hanya perlu berjuang lebih keras untuk memikat kaum Evangelis yang lebih konservatif.

Lula pernah mengatakan pada April lalu bahwa aborsi harus menjadi "hak." Pernyataan itu memicu kecaman di negara di mana 70% penduduknya menentang aborsi, menurut jajak pendapat.

Lula juga menghadapi kampanye disinformasi yang keras dari pendukung Bolsonaro, dengan postingan media sosial viral yang menuduhnya melakukan dosa berat mulai isu penutupan gereja hingga perjanjian dengan Setan.

Sejak unggul 48% pada pemilihan putaran pertama 2 Oktober, Lula kini harus ‘melawan api dengan api’. Dengan menggunakan taktik media sosial, para pendukung Lula telah mengedarkan postingan yang menghubungkan Bolsonaro dengan freemasonry, Satanisme, dan kanibalisme.

Lula sementara itu juga telah menandatangani "surat komitmen" kepada kalangan Evangelis minggu lalu dalam acara kampanye yang berubah menjadi pertemuan doa di Sao Paulo.

"Pemerintah saya sama sekali tidak akan bertindak melawan kebebasan beragama," tulis Lula, meyakinkan kaum evangelis bahwa dia menentang aborsi -- dilarang di Brasil kecuali dalam kasus pemerkosaan, inses atau risiko terhadap keselamatan seorang ibu.

Dengan mata terpejam dan tangan terkatup, Lula kemudian mendengarkan ketika seorang pendeta progresif memujinya karena tidak menggunakan agama "untuk menipu orang". (AFP/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya