TIM penyelamat bekerja untuk membersihkan batu dan lumpur dari jalan-jalan kota utara-tengah di Venezuela pada Selasa (12/10), tiga hari setelah dilanda tanah longsor besar dan mematikan, dan memperluas pencarian mereka untuk mencari mayat yang terkubur di bawah lumpur.
Para pejabat menaikkan jumlah korban tewas dari longsor di Las Tejerias menjadi setidaknya 43 orang.
Mereka memperingatkan bahwa korban tewas bisa bertambah lebih besar karena mayat-mayat ditemukan di hilir dari lingkungan yang paling terpukul.
Anggota tim penyelamat memperluas batas pencarian mereka untuk memasukkan daerah itu, di sepanjang sungai yang terletak sekitar satu mil (2 kilometer) di luar kota.
Sedikitnya 56 orang dikabarkan hilang, dan beberapa warga setempat ikut memburu mereka.
Baca juga: Liz Truss Minta G7 Solid Dukung Ukraina
Magaly Colmenares mengatakan dia bersama sekelompok petugas pemadam kebakaran yang menemukan mayat cucunya Senin (10/10) dari sebuah rumah yang dibanjiri lumpur.
Jenazah dibawa ke pusat kesehatan yang sudah difungsikan sebagai kamar mayat.
“Dia dimakamkan dengan seorang pria yang mencoba membantunya dan saudara perempuannya yang berusia 3 bulan,” kata Colmenares.
"Aku menemukan malaikatku, dan kita harus mencari adik perempuannya juga," katanya.
Sekitar 50 mil jauhnya di ibu kota, Caracas, beberapa organisasi mengumpulkan sumbangan untuk para penyintas.
Para donatur di antaranya klub bisbol profesional Leones, yang meminta para penggemar untuk memberikan barang-barang seperti makanan, air, pakaian, dan susu formula bayi.
Seorang pendukung, Juan Carlos Gómez, muncul di stadion tim dengan tas penuh pakaian. Ia mengatakan,"Ini adalah hal-hal yang tidak digunakan, tetapi banyak orang mungkin membutuhkannya,” ucapnya.
Gómez menambahkan bahwa keluarga istrinya telah terkena dampak tanah longsor yang menyebabkan lebih dari 70 ribu orang kehilangan tempat tinggal pada tahun 1999, jadi “Saya tahu bagaimana rasanya.
Para pejabat mengatakan lebih dari 300 rumah, 15 bisnis dan sebuah sekolah hancur di Las Tejerias, yang terletak di sepanjang koridor industri utama Venezuela.
Dalam penampilan publik yang jarang terjadi, Presiden Nicolás Maduro mengunjungi kota itu dan mengunjungi lingkungan yang terkena dampak Senin (10/10).
Pemimpin sosialis itu mengatakan semua orang yang terkena dampak bencana akan diberikan rumah baru, menambahkan bahwa kota berpenduduk 50.000 jiwa itu akan bangkit seperti burung phoenix.
“Tidak ada yang akan ditinggalkan,” kata Maduro.
Maduro mengatakan kepada wartawan bahwa dia akan menyambut bantuan internasional, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pemerintahannya secara historis enggan menerima bantuan kemanusiaan dari negara-negara Barat, meskipun telah menerima makanan dan pasokan medis dari Rusia dan Tiongkok. (AFP/Fer/OL-09)