Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

RI dan 4 Negara Anggota G20 Bangun Pusat Manufaktur Vaksin

M. Iqbal Al Machmudi
22/8/2022 21:59
RI dan 4 Negara Anggota G20 Bangun Pusat Manufaktur Vaksin
Pejalan kaki melintasi mural terkait pandemi covid-19.(AFP)

INDONESIA dan beberapa anggota G20, yakni Argentina, Brasil, India dan Afrika Selatan, memiliki inisiatif untuk memperkuat pusat manufaktur dan membangun pusat penelitian kolaboratif.

Hal itu diungkapkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Dia menjelaskan inisiatif tersebut berfokus pada pembangunan penelitian dan kapasitas produksi di negara anggota G20 berpenghasilan menengah. Tentunya, pembangunan ini juga akan didukung oleh anggota G20 lainnya.

Kesenjangan dalam kapasitas setiap negara G20 dapat memperlambat kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi covid-19. Banyak platform teknologi pembuatan vaksin telah dikembangkan, termasuk mRNA, viral vector, adjuvanted protein sub unit dan inactivated vaksin, khususnya dengan efektivitas tinggi. 

Baca juga: Pemerintah Diminta Percepat Penyiapan Vaksin Cacar Monyet

Namun, sebagian besar vaksin mRNA telah dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan farmasi di negara berpenghasilan tinggi. "Untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya dan ancaman kesehatan global, setiap negara harus memiliki akses dan kapasitas untuk mengembangkan vaksin, terapi dan diagnostik. Terlepas dari status ekonomi dan geografisnya," papar Budi, Senin (22/8).

Dalam meningkatkan akses global dan kapasitas produksi, penting bagi negara anggota G20 untuk berbagi pengetahuan, pengembangan kapasitas, hingga transfer teknologi. Salah satu contoh yang berhasil adalah produksi Molnupiravir–antivirus covid-19 oral di negara berpenghasilan menengah ke bawah, yang diaktifkan oleh The Medicines Patent Pool (MPP) Facility.

"Model seperti itu penting untuk memungkinkan transfer teknologi untuk kesiapsiagaan pandemi," imbuh Budi.

Baca juga: 65,97 Persen Anak Sudah Divaksinasi Lengkap

Selain fokus pada vaksin, juga penting memastikan akses dan kapasitas yang adil dalam mengembangkan diagnostik dan terapi. Dalam hal ini, untuk menciptakan akses yang lebih baik dalam menghadapi pandemi di masa depan. Tanpa diagnostik dan terapeutik, akan sulit mencegah penularan kasus, mengobati secara dini dan mencegah kematian.

Pandemi covid-19 telah memberikan pelajaran, bahwa respons kesehatan global dengan memutus mata rantai penularan. Selain itu, kesiapsiagaan pandemi yang lebih kuat di setiap negara juga tidak kalah penting.

Tantangannya adalah pengembangan serta penerapan diagnostik, terapi dan vaksin yang aman dan efektif dilakukan dalam waktu maksimum 100 hari di tingkat global. Ini hanya dapat dicapai jika semua negara, baik negara berpenghasilan tinggi, menengah, maupun rendah, memiliki kapasitas memiliki akses yang sama.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya