Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Rusia Bunuh Setidaknya Dua Bocah Ukraina setiap Hari

Mediaindonesia.com
14/7/2022 16:35
Rusia Bunuh Setidaknya Dua Bocah Ukraina setiap Hari
Seorang anak melihat lukisan dinding karya seniman jalanan Christian Guemy di kota Lviv, Ukraina barat.(AFP/Yuriy Dyachyshyn.)

MENURUT badan PBB untuk anak-anak (UNICEF), setidaknya dua anak Ukraina meninggal setiap hari karena kezaliman Rusia. Bukan hanya itu, rata-rata empat anak terluka, terutama akibat serangan bom dan roket. 

Pada 4 Juni lalu-- Hari Internasional Anak Tak Bersalah Korban Agresi--Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mencatat 261 anak tewas dan 465 anak lain terluka selama 101 hari peperangan akibat invasi Rusia. Ini hanya kasus yang dikonfirmasi. Angka sebenarnya tentu bisa jauh lebih tinggi.

Pada 4 Juni lalu itu, guna menghormati kepergian mereka, serta kenangan yang mereka tinggalkan, Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mengenang beberapa dari anak-anak pemberani yang menjadi korban kesewenang-wenangan para pemimpin Rusia. Berikut korban anak di antara mereka.

Polina dan adiknya

Pada hari-hari pertama agresi skala penuh, kelompok sabotase Rusia menembaki mobil warga sipil di Kyiv. Anton dan Svitlana, seorang dokter hewan, meninggal di tempat. Begitu pula putri mereka, Polina, siswi kelas empat. 

Layanan Penyelamatan membawa adik laki-laki Polina ke rumah sakit. Bocah itu kemudian meninggal karena luka-lukanya. Hanya putri tertua keluarga itu yang selamat meskipun mengalami luka tembak yang parah.

Kisah Polina telah berkeliling dunia. Dia gadis ceria dengan rambut merah muda cerah. 

Sashko Yakhno

Ketika Rusia melancarkan invasi besar-besaran, Sashko Yakhno, 4, dan neneknya, Zoia, berada di Desa Sukholuchchia. Mereka tidak punya waktu untuk mengungsi sebelum Rusia mulai mengebom desa tersebut besar-besaran. Para penjajah meledakkan jembatan dan memblokir jalan. Sasha merayakan ulang tahunnya yang ke-4 di bawah pendudukan penjajah.

Penduduk setempat memutuskan untuk mengevakuasi anak-anak dan perempuan dengan perahu. Pada 10 Maret, dua kapal akan menyeberangi Laut Kyiv, waduk di Sungai Dnipro. Namun salah satu kapal terbalik. Penyebab sebenarnya dari tragedi itu masih belum diketahui. Namun, anak laki-laki dan neneknya itu tidak akan naik perahu jika Rusia tidak membombardir rumah dan memblokade jalanan. 

Tim penyelamat menemukan jasad nenek tersebut. Seluruh Instagram di Ukraina menghabiskan lebih dari tiga minggu mencari Sashko dan berharap bisa membawanya ke ibunya yang putus asa. Penduduk setempat kemudian menemukan bocah itu tewas. Sasha berkata dengan penuh semangat dalam percakapan terakhir dengan ibunya, "Bu, jangan khawatir! Aku akan datang kepadamu ketika mereka berhenti menembak."

Alisa dan Mykyta Perebyinis

Serhiy, ayah kedua anak itu, harus berangkat ke Donetsk, yang diduduki Rusia sejak 2014, pada pertengahan Februari. Pria itu perlu merawat ibunya yang jatuh sakit akibat covid-19. 

Saat dia pergi, Rusia menduduki wilayah Kyiv dari utara. Pada 6 Maret, Alisa, 9, Mykyta, 18,  dan ibu mereka mencoba untuk mengungsi dari Irpin, tetapi Rusia menembaki mereka.

Baca juga: Ukraina Putus Hubungan dengan Korut Setelah Pyongyang Akui Separatis Pro-Rusia

Terakhir kali Serhiy berbicara dengan istri dan anak-anaknya ialah sehari sebelum evakuasi. Pria itu mengetahui yang terjadi kepada keluarganya dari video yang di-posting online. Media merekam momen saat peluru itu jatuh dan memperlihatkan mayat-mayat. Serhiy Perebyinis mengenali anak-anaknya dari pakaian, koper, dan tali anjing mereka. 

Pria itu meraih harapan terakhirnya dan meminta teman-temannya untuk mencari keluarganya di antara para korban di rumah sakit. Namun sayangnya dia benar bahwa orang Rusia membunuh anak-anak dan istrinya.

Sofiia dan Ivan Fedko 

Oleh Fedko berjuang bersama Departemen Kepolisian pusat di Nova Kakhovka pada pagi hari 24 Februari. Ayahnya memutuskan untuk mengevakuasi keluarga putranya dari kota. Namun Rusia menyerbu daerah itu pada hari yang sama. 

Keluarga Oleh mencoba meninggalkan kota dengan dua mobil. Saat mereka melintasi Pembangkit Listrik Tenaga Air Kakhovka, Rusia menembak semua orang dalam mobil yaitu Sofiia, 6, dan adik laki-lakinya Ivan, 1,5 bulan, ibu Iryna, dan kakek-nenek anak-anak.

Selama rentetan penembakan, saudara Oleh, Denys, sedang berbicara dengan ibunya (nenek Sofia dan Ivan) di telepon. Dia mendengar suara tembakan, jeritan, dan kalimat, "Tuhan, ini anak kecil. Ini tidak mungkin terjadi." 

Ketika anak-anak berhenti menangis, Denys mendengar tembakan baru. Rusia juga ingin menghabisi orang dewasa.

Alisa Hluns 

Wilayah Sumy berbatasan dengan Rusia di sebelah timur Ukraina. Wilayah ini telah menjadi hot spot sejak hari pertama agresi skala penuh. Pada 25 Februari, Rusia menembakkan beberapa sistem peluncuran roket Grad dan Hurricane di taman kanak-kanak di Okhtyrka. 

Para penjajah melukai beberapa anak. Alisa Hluns, 7, termasuk di antara mereka. Kakeknya mencoba untuk menutupi Alisa dengan tubuhnya dan meninggal karena penembakan, melindungi cucunya dengan cara apapun yang dia bisa. Namun para dokter juga tidak dapat menyelamatkan nyawa gadis itu. Dia meninggal pada hari berikutnya di rumah sakit. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya