Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PARA Penjaga Revolusioner (Revolutionary Guards) Iran mengatakan pada Kamis (21/4) mereka tidak akan berhenti menuntut balas atas seorang jenderal top mereka yang terbunuh dalam serangan AS. Ini menjadi salah satu syarat untuk mengakhiri sanksi. Ini titik perdebatan dalam pembicaraan nuklir.
Iran telah terlibat selama satu tahun dalam negosiasi dengan Prancis, Jerman, Inggris, Rusia, dan Tiongkok secara langsung, dan Amerika Serikat secara tidak langsung, untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015, yang dikenal sebagai rencana aksi komprehensif bersama (JCPOA). Jenderal Qasem Soleimani, yang memimpin Angkatan Quds, lengan operasi Penjaga Revolusioner di luar negeri, tewas dalam serangan drone AS di ibu kota Irak Baghdad pada Januari 2020.
"Musuh meminta kami beberapa kali untuk melupakan pembalasan darah Qasem Soleimani agar mengangkat beberapa sanksi, tetapi ini fantasi," kata Kepala AL Guards Laksamana Alireza Tangsiri, dikutip oleh situs web berita Guards. Guards merupakan pasukan ideologis militer Iran.
Mantan Presiden AS Donald Trump memerintahkan Soleimani dibunuh. Iran menanggapi pembunuhannya dengan menembakkan rudal beberapa hari kemudian di pangkalan Irak yang menampung tentara AS sehingga menyebabkan cedera.
Baca juga: Kepala Pasukan Quds IRGC Iran Bicara Hizbullah dan Houthi
Pada 2018, dua tahun sebelum pembunuhan Soleimani, AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir dan mengenakan sanksi kepada Iran. Ini mendorong Teheran mundur dari komitmennya.
Di antara poin perdebatan yang tersisa yaitu permintaan Teheran untuk menghapus Penjaga Revolusioner dari daftar teror AS. Sanksi itu dikenakan oleh Trump setelah ia menarik diri dari perjanjian nuklir. Sayap kanan politisi AS dan Israel memperingatkan Washington terhadap pencabutan sanksi kepada Guards.
Iran pekan ini mengatakan bahwa masalah teknis dalam negosiasi untuk memulihkan perjanjian nuklir telah diselesaikan. Namun masalah politik masih bertahan.
Baca juga: Tuding Agresi Zionis, Iran Janjikan Bantuan Baru untuk Palestina
"Kami berulang kali menekankan (ke Washington) bahwa Iran tidak mau meninggalkan garis merahnya," kata Menteri Luar Negeri Iran Amir-Abdollahian, Kamis, tanpa memberikan perincian lebih lanjut. Pada Senin, juru bicara kementerian luar negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, "Para pelaku, pejabat, kaki tangan, dan penasihat dalam kematian Soleimani tidak akan dihukum, tetapi orang-orang ini harus dibawa ke pengadilan." (AFP/OL-14)
PERTEMUAN antara Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Anchorage, Alaska, Jumat waktu setempat atau Sabtu WIB, berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata di Ukraina.
Sebanyak 54% warga Amerika Serikat yakin konsumsi alkohol berdampak negatif bagi kesehatan.
APPLE akhirnya kembali mengaktifkan fitur saturasi oksigen pada perangkat Apple Watch, setelah sempat dilarang oleh Komisi Perdagangan Internasional (ITC) Amerika Serikat pada 2023
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan bertemu pada hari ini di Alaska untuk membahas upaya mengakhiri perang tiga tahun antara Moskow dan Ukraina.
Youtube menguji coba kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi pengguna di bawah 18 tahun.
SEKRETARIS Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengungkapkan bahwa pemerintah akan melakukan negosiasi tarif lanjutan dengan AS.
AMERIKA Serikat (AS) dilaporkan kembali menempatkan senjata nuklir di Inggris untuk pertama kali sejak hampir dua dekade terakhir.
IRAN menganggap senjata nuklir tidak manusiawi dan dilarang secara agama. Memiliki senjata nuklir dapat menempatkan Teheran dalam posisi yang lebih rapuh.
PARA pemimpin negara-negara anggota G7 menyerukan agar ketegangan di Timur Tengah segera diredakan. G7 menyatakan sikap bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.
INDIA dan Pakistan kembali terlibat dalam saling tuduh, kali ini terkait pengelolaan senjata nuklir. Ketegangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah gencatan senjata
Militer India mengatakan serangan itu hanya menargetkan teroris dan kamp pelatihan teroris dua kelompok militan, namun Pakistan membantah halĀ itu.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengutuk serangan India, yang terjadi pada Rabu (7/5) dini hari waktu setempat, dan berjanji bahwa Pakistan akan merespons dengan tegas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved