IRAN menuding Israel melakukan agresi Zionis setelah bentrokan pecah antara warga Palestina dan Israel di masjid Al-Aqsa Jerusalem pada Jumat (15/4). Lebih dari 150 warga Palestina terluka setelah ribuan orang berkumpul untuk berdoa di tempat suci selama Ramadan.
Itu menjadi salah satu bentrokan paling kejam sejak krisis Israel-Palestina musim panas lalu. Bentrokan pecah setelah beberapa warga Palestina menyelesaikan salat mereka dan mulai berbaris di daerah dekat masjid.
Dialnsir dari Foxnews, mereka meneriakkan, "Dengan jiwa kami, dengan darah kami, kami berkorban untukmu, Al-Aqsa."
Para pengunjuk rasa juga dilaporkan menyatakan dukungan untuk Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza, tetapi digolongkan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah AS.
Tidak jelas hal yang memicu bentrokan, tetapi polisi Israel mengatakan mereka menanggapi kekerasan dan menangkap ratusan tersangka. Masjid kemudian dibuka kembali untuk salat zuhur dengan sekitar 60.000 hadirin.
Baca juga: Amerika Serikat sangat Prihatin atas Bentrokan Jerusalem
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran menyebut bentrokan itu sebagai, "Penodaan nilai-nilai suci umat Islam," dan menuduhnya, "Dilakukan oleh militer dan pasukan keamanan rezim Zionis dengan mengerahkan peralatan militer dan secara brutal menyerang jemaah Palestina yang tak berdaya." Ini menurut pernyataan yang diterjemahkan oleh Kantor Berita Tasnim, outlet berita swasta Iran.
IRGC juga menjanjikan gelombang baru bantuan untuk rakyat Palestina yang bangkit melawan Israel. Ia menuduh negara Israel melakukan tindakan agresif dan kejahatan baru.
Bentrokan baru-baru ini di Israel menimbulkan kekhawatiran bahwa kawasan itu dapat mengalami eskalasi keamanan lain yang serupa dengan konflik 11 hari pada Mei 2021 sehingga mengakibatkan kematian lebih dari 200 warga Israel dan Palestina. Sebagian besar korban meninggal berada di Jalur Gaza.
Iran telah lama mendukung Hamas dan membantu melatih dan memberikan dukungan militer untuk militan Islam dalam perjuangan mereka melawan Israel. Namun negosiasi saat ini dengan AS dan negara-negara barat lain mengenai kesepakatan nuklir dengan imbalan keringanan sanksi mungkin mengharuskan Teheran untuk memutuskan hubungannya dengan organisasi yang dicap teroris di Timur Tengah itu.
Baca juga: Kutuk Serbuan Masjid Al-Aqsa, Saudi Minta Dunia Adili Israel
Pembicaraan tampaknya terhenti. Namun laporan muncul bulan lalu yang mengatakan AS mungkin mempertimbangkan untuk menghapus Garda Revolusi Iran dari daftar kelompok teroris yang ditunjuk sebagai imbalan perdamaian regional.
Masih belum jelas tanggapan Teheran atas tuntutan negosiasi itu. Namun pejabat keamanan dan ilmuwan setempat sama-sama telah memperingatkan pemerintah untuk waspada terhadap jaminan palsu. (OL-14)