Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Mantan Presiden Afghanistan Akui Tinggalkan Negaranya Secara Terburu-Buru

Basuki Eka Purnama
31/12/2021 08:57
Mantan Presiden Afghanistan Akui Tinggalkan Negaranya Secara Terburu-Buru
Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani(AFP)

MANTAN Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Kamis (30/12), menyebut keputusan untuk kabur dari Kabul dibuat secara mendadak dan dia tidak tahu akan meninggalkan negaranya hingga dia sudah berada di dalam pesawat.

Dalam wawancara dengan program Radio 4 BBC, Ghani mengaku tidak tahu bahwa tanggal 15 Agustus 2021 akan menjadi hari terakhirnya di Afghanistan.

Namun, lanjutnya, pada 15 Agustus 2021 sore, pengamanan di istana presiden Afghanistan telah runtuh.

Baca juga: Pemimpin Taliban Larang Hukum Pendukung Rezim Terdahulu

"Jika saya bertahan, mereka semua akan dibunuh. Selain itu, mereka tidak memiliki kemampuan untuk melindungai saya," ujar Ghani, dalam wawancara dengan mantan Kepala Staf Gabungan Inggris Jenderal Nick Carter.

Ghani mengungkapkan penasehat keamanan Afghanistan Hamdullah Mohib terlihat ketakutan, "Dia tidak memberi saya waktu lebih dari dua menit."

Menurut Ghani, dia mendapatkan instruksi untuk pergi menggunakan helikopter ke Kota Khost.

Namun, Khost ternyata telah direbut oleh Taliban, beberapa hari sebelumnya.

Kota di perbatasan dengan Pakistan, Jalalabad, juga telah direbut oleh Taliban.

"Saya tidak tahu kemana kami akan pergi,"aku Ghani. "Setelah kami berada di udara baru saya menyadari bahwa kami akan meninggalkan Afghanistan.

Sejak saat itu, Ghani tinggal di Uni Emirat Arab.

Ghani dikritik keras oleh warga Afghanistan karena kabur ke luar negeri saat mereka harus menderita di bawah kepemimpinan Taliban.

Mantan pejabat Bank Dunia itu mengaku dirinya berutang penjelasan kepada warga Afghanistan dan wawancara pada Kamis (30/12) adalah wawancara pertamanya.

Ghani mengaku kekhawatiran utamanya adalah mencegah pertempuran jalanan karena Kota Kabul sudah dipenuhi ribuan pengungsi yang melarikan diri dari berbagai penjuru negeri.

Dia mengatakan meninggalkan Afghanistan adalah keputusan yang berat.

"Saya harus mengorbankan diri agar Kabul bisa selamat dna menunjukkan kepada dunia bahwa yang terjadi adalah kudeta bukan kesepakatan politik," ungkap Ghani.

Dia kemudian mengakui rakyat Afghanistan berhak marah kepada dirinya.

"Saya mengerti perasaan mereka karena saya merasakan hal yang sama," pungkasnya. (AFP/OL-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya