Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Saat Presiden Mesir Mursi, Warga Palestina Lebih Mudah Bepergian

Mediaindonesia.com
24/11/2021 17:44
Saat Presiden Mesir Mursi, Warga Palestina Lebih Mudah Bepergian
Warga Palestina menunggu giliran untuk menyeberang ke Mesir melalui perbatasan Rafah di Jalur Gaza selatan, pada 15 November 2021.(AFP.)

WARGA Palestina terpaksa mendaftarkan nama mereka di daftar tunggu beberapa minggu sebelum mereka berencana untuk bepergian ke Mesir. Meskipun demikian transit itu pun tetap tidak dijamin. 

Untuk memastikan perjalanan, warga Palestina dalam beberapa tahun terakhir terpaksa membayar ratusan atau bahkan ribuan dolar kepada perusahaan swasta dan perantara yang menawarkan layanan VIP. Hal ini menimbulkan rasa frustrasi terhadap orang Mesir yang dianggap mengambil untung dari perdagangan tersebut. 

Sejatinya, periode singkat di era Hamas ketika transit melalui Rafah menuju Mesir lebih mudah. Pada 2013, ketika Mesir diperintah oleh mendiang presiden Muhammad Mursi, seorang anggota Ikhwanul Muslimin yang tidak terlalu memusuhi Hamas, rekor setengah juta warga Palestina dapat melintasi Rafah. 

Namun jumlahnya turun drastis setelah penggulingan Mursi pada Juli tahun itu. Di bawah Presiden Abdel Fattah Al-Sisi saat ini, Mesir secara berkala membuka dan menutup Rafah sebagai taktik yang memungkinkannya untuk menggunakan pengaruh untuk menekan Hamas.

Beberapa warga Gaza yang baru-baru ini melakukan perjalanan melalui Rafah berbicara dengan AFP, dengan syarat mereka tidak disebutkan nama. Mereka takut dimasukkan dalam daftar hitam oleh Mesir untuk bepergian di masa depan.

Kesulitan pulang 

Seorang pria yang meminta untuk dipanggil Ahmed mengatakan kepulangannya dari Kairo awal tahun ini. Perjalanan darat yang seharusnya memakan waktu sekitar lima jam, ternyata berlangsung selama empat hari.

Pertama, dia menyewa taksi pribadi yang meninggalkan Kairo pada pukul 04.00 pada Rabu dengan kesepakatan untuk mengantarnya ke Rafah seharga US$130. Perjalanan dihentikan di pintu masuk zona terusan Suez.

Dia meninggalkan taksinya dan berbagi biaya dengan lima penumpang lain dan tidur di mobil. Di pos pemeriksaan, dia berkata, "Orang Mesir membuka semua tas saya. Mereka menyita cologne saya, rokok saya, membuka profil Facebook dan WhatsApp saya, dan melihat foto-foto saya."

Setelah tiga pemeriksaan keamanan, dia melakukan perjalanan dengan lancar melalui Sinai sampai dia mencapai pos pemeriksaan lain 50 kilometer dari Rafah pada Kamis sore saat orang Mesir mengumumkan penutupan jalan.

Baca juga: Warga Gaza Frustrasi Jadi Ladang Bisnis Orang Mesir

Dia lantas menyewa kamar yang benar-benar kotor di kota terdekat al-Arish dan tinggal selama dua hari sampai jalan dibuka kembali. Ahmed dan teman-temannya bergegas ke Rafah tapi ternyata sudah melewati batas waktu pada hari itu. Kecewa, dia pun tidur di jalan dan menyeberang keesokan hari. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya