Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PEMERINTAH Amerika Serikat (AS), Rabu (13/10), mengatakan mereka bisa memilih jalur kekerasan jika diplomasi gagal mendesak Iran menghentikan program nuklir mereka. Hal itu senada dengan ancaman yang sebelumnya dilontarkan Israel.
Seiring mandeknya perundingan dengan Iran, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengungkapkan rasa frustasinya kala pertemuan tiga pihak dengan Israel dan Uni Emirat Arab.
Blinken kembali menyuarakan tawaran Biden untuk kembali ke kesepakatan nuklir 2015, yang dimentahkan mantan presiden AS Donald Trump yaitu Iran memangkas aktivitas nuklir mereka dengan imbalan pencabutan sanksi.
Baca juga: Iran Klaim Sukses Tes Pertahanan Antirudal untuk Situs Nuklir
"Kami masih yakin diplomasi adalah cara terbaik," ujar Blinken.
"Namun, butuh dua pihak untuk melakukan diplomasi dan kami tidak melihat niat baik Iran hingga saat ini."
"Kami siap beralih ke opsi lain jika Iran tidak mengubah arah mereka," tegasnya.
Meski Blinken tidak menjelaskan, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid menegaskan, "Saya rasa semua orang paham. Di sini, di Israel dan di Uni Emirat Arab, serta di Teheran, semua paham apa artinya itu."
Lapid kemudian menegaskan, "Semua orang paham bahwa negara harus siap menggunakan kekuatan untuk melindungi dunia dari kejahatan."
"Jika rezim teror akan memiliki senjata nuklir, kita harus bertindak. Kita harus menegaskan kepada dunia bahwa kita tidak akan tinggal diam."
"Israel memiliki hak untuk bertindak. Itu bukan hanya hak kami namun juga tanggung jawab kami," tegasnya. (AFP/OL-1)
KETIKA Israel secara intensif menggempur berbagai fasilitas nuklir Iran dalam eskalasi terbaru, dunia justru kembali mengalihkan perhatian pada program nuklir rahasia Israel, Dimona.
IRAN menganggap senjata nuklir tidak manusiawi dan dilarang secara agama. Memiliki senjata nuklir dapat menempatkan Teheran dalam posisi yang lebih rapuh.
AMERIKA Serikat tidak terima dengan kebijakan Republik Islam Iran yang resmi memutus hubungan kerja sama nuklir dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Eskalasi antara Iran dan Israel bukan hanya soal dua negara, tetapi juga cermin dari pembentukan ulang koalisi strategis di Timur Tengah dan perubahan tatanan global.
Pandangan pemerintah AS terhadap dampak kerusakan pada tiga situs nuklir utama Iran masih konsisten, dan penilaian tersebut sejauh ini tidak mengalami perubahan.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyetujui undang-undang yang menghentikan kerja sama negaranya dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), sebagai subholding dari PT Pertamina menyatakan keinginan untuk mengembangkan PLTN di Indonesia.
Pemred media Iran Kayhan menuduh Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad, dan menyerukan eksekusi terhadapnya.
Houthi mengumumkan telah meluncurkan rudal balistik Zulfiqar yang menargetkan sebuah lokasi "sensitif" di Israel selatan. Serangan itu diklaim telah berhasil mengenai sasarannya.
PAKAR Hubungan Internasional UGM, Muhadi Sugiono, berpendapat sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, Indonesia perlu mengambil sikap yang jelas dan tegas atas perang Iran-Israel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved