Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pandemi Timbulkan Tantangan Kemanusiaan, Ini Usulan Solusi RI di Konferensi RCHA 

Atikah Ishmah Winahyu
06/10/2021 18:19
Pandemi Timbulkan Tantangan Kemanusiaan, Ini Usulan Solusi RI di Konferensi RCHA 
Menlu Retno Marsudi(AFP/Karen Betancur)

PANDEMI covid-19, konflik, dan perubahan iklim menimbulkan tantangan kemanusiaan terbesar sejak Perang Dunia Kedua. Sekitar 97 juta orang di kawasan Asia Pasifik membutuhkan bantuan segera. Selain itu, terdapat 4,4 juta pengungsi di wilayah Asia dan Pasifik. 

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pidato pembukaan Konferensi Regional Bantuan Kemanusiaan (RCHA) 2021 di Jakarta pada Rabu (6/10). 

“Pada Oktober, lebih dari 58,9 juta kasus telah dilaporkan di 34 negara di kawasan dan telah menghasilkan setidaknya 952 ribu meninggal,” kata Retno. 

“Terlebih lagi, covid-19 juga telah menghambat upaya untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang cepat dan tepat,” imbuhnya. 

Retno menuturkan, sumber daya seperti dukungan keuangan semakin terbatas, terutama karena beban yang ditimbulkan oleh pandemi. Kebijakan pembatasan covid-19 juga menimbulkan tantangan dalam distribusi logistik karena terbatasnya pergerakan barang dan orang, pengiriman bantuan kemanusiaan pun ikut terhambat. 

Dalam kondisi yang mendesak ini, Retno menilai, aktor kemanusiaan nasional dan lokal, seperti palang merah dan bulan sabit merah, organisasi kemanusiaan berbasis agama, sektor swasta, filantropis dan masyarakat sipil memiliki peran penting. 

“Bukti menunjukkan bahwa aktor nasional dan lokal tetap aktif dan inovatif dalam menanggapi berbagai situasi kemanusiaan ini,” ujarnya. 

“Kepemimpinan mereka, bergandengan tangan dengan Pemerintah, telah inklusif dan cepat dalam menangani kebutuhan yang ada di lapangan,” tambahnya. 

Retno pun mengemukakan tiga poin penting untuk memajukan kepemimpinan kemanusiaan nasional dan lokal. Pertama, mengedepankan nilai dan kearifan lokal. 

Baca juga : Kemenlu Mali Panggil Dubes Prancis Terkait Komentar Macron yang Dinilai tidak Menyenangkan

“Nilai-nilai lokal memberikan pemahaman tentang semangat yang melatarbelakangi aksi kemanusiaan itu sendiri,” jelasnya. 

“Kearifan lokal memandu para pelaku kemanusiaan dalam memberikan dan bantuan yang sesuai, sesuai dengan konteks nasional dan lokal. Menjamin keterpaduan kearifan lokal dan nilai-nilai lokal dalam bantuan juga akan membantu memastikan akses,” tambahnya. 

Kedua, pentingnya penguatan kapasitas kemanusiaan di tingkat nasional dan lokal. Menurut Menlu, pandemi telah mengajarkan bahwa tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya membutuhkan respon yang luar biasa. 

“Upaya bersama kita harus bertujuan untuk memperkuat kepemimpinan aktor nasional dan lokal,” terangnya. 

“Inisiatif di tingkat regional harus mendukung kepemimpinan nasional dan lokal dalam aksi kemanusiaan. Kepemimpinan dan suara aktor nasional dan lokal harus diintegrasikan dan diarusutamakan dalam mekanisme kerjasama yang ada dan yang akan datang,” tuturnya. 

Ketiga, transformasi dalam cara kemitraan sangat penting. Upaya kemanusiaan tidak dapat lagi dilaksanakan melalui sarana tradisional. 

“Kemitraan yang relevan, setara, dan harmonis antara aktor regional dan aktor nasional-lokal sangat penting. Kemitraan yang relevan, setara, dan harmonis ini hanya akan mungkin dengan jaringan yang kuat dari aktor kemanusiaan.” 

“Kita tidak boleh membuang waktu. Jaringan aktor kemanusiaan regional yang solid harus dimulai sekarang,” tandasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya