Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AMERIKA Serikat (AS), Rabu (29/9), menyatakan 23 spesies telah punah, termasuk salah satu spesies burung pelatuk terbesar di dunia, yang diberi nama Lord God Bird.
Pengumuman yang dilansir Badan Ikan dan Alam Liar AS (FWS) itu meminta agar spesies burung, remis, ikan, tanaman, serta kelelawar buah itu dikeluarkan dari daftar spesies terancam punah yang dilundungi karena para ilmuwan telah menyerah untuk menemukan spesies-spesies itu lagi.
"Dengan perubahan iklim dan hilangnya habitat yang mendesak speies ke ambang kepunahan, telah tiba saatnya untuk meningkatkan upaya proaktif, kolaborasi, dan inovatif iuntuk menyelamatkan alam liar AS," ujar Menteri Dalam Negeri AS Deb Haaland.
Baca juga: Pemusnahan Tiga Kucing di Tiongkok Undang Kemarahan Netizen
Spesies yang paling ikonik dalam daftar tersebut adalah burung pelatuk berparuh gading, yang terakhir kali terlihat sekitar tahun 1940-an.
Memiliki ciri-ciri bulu berwarna hitam-putih dan mata berwarna kuning, burung itu selalu menjadi incaran bagi para pengamat burung untuk ditemukan.
"Hal utama yang menyebabkan burung pelatuk itu ke ambang kepunahan adalah hilangnya hutan di kawasan tenggara AS, yang dimulai sejak akhir Perang Saudara," ujar Direktur Emeritus Cornell Lab of Ornithology, John Fitzpatrick.
Fitzpatrick terlibat dalam upaya mencari burung itu di Arkansas dan wlayah AS lainnya pada pertengahan 2000-an.
Spesies itu dijuluki Lord God Bird, kata Fitzpatrick karena ucapan para pengamat burung yang mengatakan, "Lord God, what a bird (Ya Tuhan, burung yang luar biasa)."
Spesies lain yang dinyatakan punah mencakup burung pengicau Bachman, yang terakhir terdokumentasi di Kuba pada 1981, serta delapan spesies remis air tawarm yang hanya bisa hidup di alirang sungai yang sehat dan air bersih.
Sebanyak 11 spesies dari Hawaii dan Guam juga masuk dalam daftar itu termasuk Kauai akialoa dan nukupu'u, yang terkenal karena paruhnya yang panjang dan berlekuk, serta Kauai o'o, yang disebut memiliki suara khas.
Juga dinyatakan punah adalah gambusia San Marcos, ikan air tawar asal Texas yang terakhir kali terlihat pada 1983. (AFP/OL-1)
Peneliti menemukan perburuan ilegal menjadi penyebab penurunan populasi mamalia besar di kawasan lindung di seluruh dunia, dan khususnya di negara-negara miskin
Studi menemukan bukti bahwa spesies homo Erectus, Heidelbergensis, dan Neanderthalensis kehilangan sebagian besar relung iklim mereka sebelum punah. Perubahan iklim membuat mereka
Dalam 500 juta tahun terakhir, Bumi telah mengalami lima periode ketika setidaknya setengah populasi makhluk hidup di bumi punah.
“Kami sudah mengonfirmasi eksistensinya. Kura-kura dari spesies Chelonoidis Phantasticus adalah yang ditemukan di Galapagos.”
Jepang bisa tinggal nama gara-gara angka kelahiran terus menurun. LGBTQ dituding menjadi salah satu biang keroknya.
Australia kehilangan lebih banyak spesies mamalia dibandingkan benua lain dan menjadi salah satu negara dengan tingkat penurunan jumlah spesies terburuk.
Jerapah betina itu berwarna cokelat solid tanpa ciri khas spesiesnya yang membantu mereka melakukan kamuflase di alam liar.
Bulu puma yang baru lahir umumnya berwarna cokelat muda atau kemerahan dengan bintik hitam. Mutasi genetik menyebabkan bulunya berwarna putih dan kejadian ini sangat langka.
Spesies baru ini diberi nama Primula medogensis, diambil dari nama daerah tempat ditemukannya.
Seorang fotografer amatir menemukan burung Green Honeycreeper dengan bulu biru jantan di satu sisi dan bulu hijau betina di sisi lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved