Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Jenderal Papan Atas Akui AS Kalah Perang di Afghanistan

Basuki Eka Purnama
30/9/2021 09:30
Jenderal Papan Atas Akui AS Kalah Perang di Afghanistan
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley(AFP/Rod LAMKEY)

JENDERAL papan atas Amerika Serikat (AS), Rabu (29/9), mengakui bahwa "Negeri Paman Sam' itu kalah dalam perang selama 20 tahun di Afghanistan.

"Sangat jelas bahwa perang di Afghanistan tidak berakhir sesuai yang kita inginkan, dengan Taliban kembali berkuasa di Kabul," ujar Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley kepada Komite Angkatan Bersenjata DPR AS.

"Perang ini adalah kegagalan strategi," lanjutnya dalam dengar pendapat mengenai penarikan mundur pasukan AS dari Afghanistan dan evakuasi yang kacau dari Kabul.

Baca juga: Jenderal AS Mengaku Rekomendasikan Pertahankan 2.500 Pasukan di Afghanistan

Menurut Miley, kekalahan itu bukan hanya terjadi di 20 hari atau 20 bulan terakhir.

"Ada efek akumulasi pada keputusan strategis yang diambil sejak lama," kata jenderal yang merupakan penasehat militer untuk Presiden Joe Biden, yang memutuskan untuk mengakhiri keberadaan pasukan AS di Afghanistan setelah 20 tahun.

"Saat fenomena semacam ini terjadi, kita harus mencari penyebabnya. Kita akan belajar banyak dari perisitiwa ini," imbuhnya.

Milley kemudian menyebut sejumlah faktor yang berperan dalam kekalahan AS di Afghanistan, mulai dari kegagalan menangkap atau membunuh pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden di Tora Bora, tidak lama setelah invasi pasukan AS ke Afghanistan pada 2001.

Dia juga menyebut keputusan untuk menginvasi Irak pada 2003 yang membuat kekuatan pasukan AS di Afghanistan terbagi, kegagalan menangani Pakistan yang menjadi tempat berlindung Taliban, serta menarik penasehat dari Afghanistan, beberapa tahun lalu.

Biden, April lalu, memerintahkan penarikan total pasukan AS dari Afghanistan pada 31 Agustus, melanjutkan kesepakatan yang dicapai pendahulunya, Donald Trump, dengan Taliban. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya