Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
AMERIKA Serikat dan Uni Eropa menyuarakan frustrasi di PBB pada minggu ini atas lambatnya hubungan dengan Iran. Pemerintah baru Iran dianggap tidak menunjukkan indikasi siap untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
Presiden ultrakonservatif baru Iran, Ebrahim Raisi, mengecam keras Amerika Serikat dalam pidato video di Majelis Umum, Selasa, dan mengindikasikan dia mendukung kembalinya pembicaraan tidak langsung dengan Amerika Serikat di Wina, meskipun dia tidak memberikan batas waktu.
"Kami belum memiliki kesepakatan dengan Iran untuk kembali ke pembicaraan di Wina," kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken kepada wartawan, Kamis (23/9), sebelum meninggalkan KTT tahunan PBB.
"Kami cukup siap untuk kembali ke Wina untuk melanjutkan pembicaraan. Dan pertanyaannya, apakah--dan jika demikian kapan--Iran siap untuk melakukan itu," kata Blinken. "Kami menunggu jawaban tentang itu."
Pembicaraan, yang ditengahi oleh Eropa, mencari kembalinya Amerika Serikat ke perjanjian yang dihancurkan oleh mantan presiden Donald Trump serta kembalinya Iran pada kepatuhan penuh.
Negara-negara Eropa mengatakan mereka tidak mendengar apa pun terkait hal itu saat bertemu dengan menteri luar negeri baru Iran, Hossein Amir-Abdollahian, yang datang ke New York. Penerus Trump, Joe Biden, sekali lagi mengatakan dalam pidatonya sendiri bahwa dia ingin kembali ke kesepakatan bahwa Iran secara drastis mengurangi pekerjaan nuklir.
Baca juga: Iran Klaim Ada Kemajuan dalam Pembicaraan dengan Saudi
Sejak Amerika Serikat meninggalkan kesepakatan pada 2018, Iran menarik diri dari banyak komitmennya.(AFP/OL-14)
Menteri Luar Negeri Sugiono menetapkan status Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran, Iran, menjadi siaga 1 imbas konflik Iran vs Israel.
Dia juga menyebut bahwa bahkan ketika Rusia pernah menawarkan kerja sama dalam pengembangan sistem pertahanan udara, respons Iran cenderung minim.
Konflik ini mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah dan berpotensi mengguncang tatanan global dan memicu kembali polarisasi kekuatan dunia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan untuk ikut berperang dan bergabung dalam serangan Israel terhadap Iran.
Pemerintah Indonesia menetapkan status Siaga I bagi wilayah Iran dan bersiap mengevakuasi WNI yang bersedia.
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menyerah kepada siapapun, terutama Amerika Serikat, terkait konflik dengan Israel.
Presiden Donald Trump belum mengambil keputusan bergabung dengan serangan Israel ke Iran. Namun ia menegaskan telat bagi Iran untuk berdialog.
Ancaman serangan terhadap instalasi nuklir di Iran ini juga tentunya mengancam keselamatan penduduk sipil termasuk WNI.
Serangan menargetkan kompleks Kementerian Pertahanan dan Logistik Angkatan Bersenjata yang berada di kawasan Nobonyad.
Israel melancarkan serangan udara ke Iran pada Jumat (13/6).
Kementerian Luar Negeri Turki menyebut serangan udara Israel terhadap Iran sebagai tindakan terkutuk yang memperparah ketegangan di Timur Tengah.
Tinjauan singkat kedua negara tersebut mungkin menunjukkan bahwa Iran, dengan populasi lebih dari sembilan kali lipat populasi Israel dan tentara yang jauh lebih besar, memiliki keunggulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved