Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Facebook Sebut Peretas di Iran Targetkan Personel Militer AS

Nur Aivanni
16/7/2021 11:47
Facebook Sebut Peretas di Iran Targetkan Personel Militer AS
Logo Facebook terlihat di sebuah layar ponsel dengan latar belakang tulisan Facebook.(AFP/OLIVIER DOULIERY)

FACEBOOK, Kamis (15/7), mengatakan pihaknya telah menghapus sekitar 200 akun yang dijalankan sekelompok peretas di Iran sebagai bagian dari operasi mata-mata dunia maya yang menargetkan sebagian besar personel militer Amerika Serikat (AS) dan orang-orang yang bekerja di perusahaan pertahanan dan dirgantara.

Raksasa media sosial itu mengatakan kelompok itu, yang dijuluki Tortoiseshell oleh pakar keamanan, menggunakan persona daring palsu untuk terhubung dengan target, kadang-kadang membangun kepercayaan selama beberapa bulan dan mengarahkan mereka ke situs lain tempat mereka ditipu untuk mengklik tautan berbahaya yang akan menginfeksi perangkat mereka dengan malware mata-mata.

"Aktivitas ini memiliki ciri-ciri operasi dengan sumber daya yang baik dan gigih, sementara mengandalkan langkah-langkah keamanan operasional yang relatif kuat untuk menyembunyikan siapa di baliknya," kata tim investigasi Facebook dalam sebuah unggahan blog.

Baca juga: Biden Tengah Tinjau Soal Larangan Perjalanan dari Eropa

Kelompok itu, kata Facebook, membuat profil fiktif di berbagai platform media sosial agar tampak lebih kredibel, sering kali menyamar sebagai perekrut atau karyawan perusahaan dirgantara dan pertahanan.

LinkedIn milik Microsoft mengatakan telah menghapus sejumlah akun dan Twitter mengatakan pihaknya secara aktif menyelidiki informasi dalam laporan Facebook.

Facebook mengatakan kelompok itu menggunakan layanan surel, perpesanan, dan kolaborasi untuk mendistribusikan malware, termasuk melalui spreadsheet Microsoft Excel yang berbahaya.

Dalam sebuah pernyataan, seorang juru bicara Microsoft mengatakan mereka mengetahui dan melacak aktor tersebut dan akan mengambil tindakan ketika mendeteksi aktivitas berbahaya.

Alphabet mengatakan telah mendeteksi dan memblokir phishing di Gmail dan mengeluarkan peringatan kepada penggunanya.

Aplikasi perpesanan Workplace Slack Technologies mengatakan telah menyingkirkan peretas yang menggunakan situs tersebut untuk rekayasa sosial dan menutup semua Workspace yang melanggar aturannya.

Peretas juga menggunakan domain yang disesuaikan untuk menarik targetnya, kata Facebook, termasuk situs web perekrutan palsu untuk perusahaan pertahanan, dan menyiapkan infrastruktur online yang memalsukan situs web pencarian pekerjaan yang sah untuk Departemen Tenaga Kerja AS.

Facebook mengatakan para peretas sebagian besar menargetkan orang-orang di AS, serta beberapa di Inggris dan Eropa, dalam kampanye yang berjalan sejak 2020.

Mereka menolak menyebutkan nama perusahaan yang karyawannya menjadi sasaran. Kepala spionase dunia maya Mike Dvilyanski mengatakan pihaknya memberi tahu kurang dari 200 orang yang menjadi sasaran.

Dikatakan Facebook, kampanye tersebut tampaknya menunjukkan perluasan aktivitas kelompok tersebut, yang sebelumnya dilaporkan sebagian besar berkonsentrasi pada TI dan industri lain di Timur Tengah.

Penyelidikan tersebut menemukan bahwa sebagian dari malware yang digunakan oleh kelompok tersebut dikembangkan oleh Mahak Rayan Afraz (MRA), sebuah perusahaan IT yang berbasis di Teheran yang memiliki hubungan dengan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC).

Misi Iran untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait hal tersebut.

Dugaan hubungan MRA dengan spionase dunia maya negara Iran bukanlah hal baru. Tahun lalu, perusahaan keamanan siber Recorded Future mengatakan MRA adalah salah satu dari beberapa kontraktor yang dicurigai melayani Pasukan Quds elite IRGC.

Facebook mengatakan telah memblokir domain berbahaya agar tidak dibagikan dan Google mengatakan telah menambahkan domain terkait ke dalam daftar blokirnya. (Straits Times/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya