Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
RIBUAN penerjemah yang membantu pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO di Afghanistan akan dievakuasi dari negara itu pada akhir Juli. Hal itu diumukan Washington, Rabu (14/7), saat Taliban sukses merebut perlintasan strategis di perbatasan antara Afghanistan dan Pakistan.
Dalam operasi yang disebut Gedung Putih sebagai Operasi Penyelamatan Sekutu, para penerjemah dan keluarga mereka akan pertama-tama dibawa ke markas militer AS di luar Afghanistan sebelum kemudian ditempatkan di 'Negeri Paman Sam' atau negara lain.
Mayoritas para penerjemah ini takut menjadi sasaran kemarahan Taliban yang berusah merebut kendali Kabul seiring penarikan pasukan AS dari Afghanistan, akhir Agustus mendatang.
Baca juga: Putin Sebut Rusia-AS Punya Kepentingan Bersama Soal Perubahan Iklim
Saat ini diperkirakan ada 18 ribu orang penerjemah yang bekerja membantu pasukan AS. Dengan keluarga mereka, jumlahnya menjadi lebih dari 80 ribu orang.
Sekretaris Gedung Putih Jen Psaki mengatakan targetnya adalah memindahkan mereka yang telah diproses dalam program visa imigran khusus Departemen Luar Negeri keluar dari Afghanistan.
"Mereka adalah orang-orang pemberani. Kami bertekad memastikan kami mengakui peran yang mereka jalankan," tegas Psaki. (AFP/OL-1)
Presiden sementara Suriah Ahmad al-Sharaa dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang dipertimbangkan untuk bertemu di sela-sela Majelis Umum PBB yang akan datang di New York.
IRAN menolak klaim pembenaran AS atas serangan Negeri Paman Sam terhadap fasilitas nuklir Iran yang disebut Washington sebagai pembelaan diri kolektif.
AMERIKA Serikat telah menyetujui penjualan sistem panduan senilai US$510 juta (sekitar Rp8,24 triliun) untuk bunker Israel dan bom regular.
Donald Trump menegaskan bahwa anggota Partai Republik yang menolak mendukung rancangan undang-undang perpajakan dan pengeluaran besar-besaran akan menghadapi konsekuensi politik.
AS menegaskan tidak akan menghentikan dukungannya terhadap distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza, meskipun Israel telah mengakui bahwa sejumlah warga sipil terluka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved