Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
ARAB Saudi, Selasa (18/5), memanggil Duta Besar Libanon untuk memprotes pernyataan 'menghina' yang dilontarkan Menteri Luar Negeri Libanon bahwa negara-negara Teluk bertanggung jawab atas hadirnya kelompok ekstremis Islamic State (IS).
Arab Saudi tampaknya menjauhkan diri dari mantan sekutunya itu setelah Libanon kini dikuasai kekuatan syiah, Hezbollah, yang didukung oleh rival Riyadh, Iran.
Menteri Luar Negeri Libanon Charbel Wehbe memicu ketegangan dengan Arab Saudi setelah pada Senin (17/5), dalam debat di televisi, mengatakan negara-negara Teluk berada di balik munculnya kelompok-kelompok ekstremis di Irak dan Suriah.
Baca juga: Korban Tewas Meningkat dalam Konflik Israel-Gaza
Wehbe mengatakan itu saat berdebat dengan perwakilan Arab Saudi dalam acara televisi itu setelah dia menuding Presiden Libanon Michel Aoun menyerahkan negaranya ke tangah Hezbollah.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dengan keras mengencam pernyataan menghina Wehbe dan menyebutnya tidak sejalan dengan norma-norma diplomasi.
"Kementerian telah memanggil Duta Besar Libanon untuk mengungkapkan penolakan dan kecaman kerajaan atas komenter Menteri Luar Negeri Libanon," ungkap Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dilansir kantor berita Saudi Press Agency.
Wehbe, Selasa (18/5), meminta maaf dan mengaku tidak bermaksud menyinggung Arab Saudi.
Dalam pernyataan terpisah, Sekretaris Jenderal Komisi Kerja Sama Teluk Nayef al-Hajraf menuntut Wehbe meminta maaf secara resmi terkait pernuataannya.
Pemerintah Libanon pun dengan cepat menjauhkan diri dari pernyataan Wehbe yang membuat marah Arab Saudi itu.
Aoun, dalam sebuah pernyataan, mengatakan apa yang dikatakan Wehbe adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan posisi Libanon sembari menggarisbawahi hubungan akrab Libanon dengan Arab Saudi dan negara Teluk lainnya. (AFP/OL-1)
ISRAEL melancarkan serangkaian serangan udara di Nabatieh di Libanon selatan pada Kamis malam (3/7).
PEMERINTAH Israel menyatakan kesediaannya untuk menjajaki perdamaian dengan Suriah.
Houthi mengumumkan telah meluncurkan rudal balistik Zulfiqar yang menargetkan sebuah lokasi "sensitif" di Israel selatan. Serangan itu diklaim telah berhasil mengenai sasarannya.
SEKRETARIS Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, menyatakan pada Sabtu (28/6) bahwa kelompoknya tidak akan meletakkan senjata selama Israel terus melakukan serangan di Libanon selatan.
KETUA DPP PDI Perjuangan Said Abdullah meminta pemerintah Indonesia mendesak Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjatuhkan sanksi kepada Israel.
TENTARA Israel menghadapi tantangan logistik dan mekanis yang semakin besar di tengah perang berkepanjangan di Jalur Gaza, Palestina.
PASUKAN militer Amerika Serikat (AS) dan Irak melancarkan operasi gabungan menargetkan kelompok radikal Islamic State (ISIS).
Mantan istri seorang pejabat Islamic State, didakwa atas kejahatan terhadap kemanusiaan karena diduga memperbudak seorang gadis Yazidi remaja di Suriah.
Badan sepak bola Eropa UEFA mengatakan semua pertandingan harus tetap berjalan meski ada ancaman.
IRGC dilaporkan melancarkan serangan rudal terhadap sejumlah target "teroris" di Suriah dan wilayah Kurdistan Irak.
Otoritas Jerman memperpanjang penahanan dua tersangka terkait dugaan rencana serangan terhadap katedral Koln yang dijadwalkan pada Tahun Baru.
IS mengklaim ledakan sebuah bus di Kabul yang menewaskan 7 orang dan melukai 20 orang lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved