Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Korban Tewas Kudeta di Myanmar Meningkat Termasuk Anak-anak

Nur Aivanni
04/3/2021 06:26
Korban Tewas Kudeta di Myanmar Meningkat Termasuk Anak-anak
Seorang tentara berdiri di samping seorang pria yang ditahan selama demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay, Rabu (3/4/2021)(STR / AFP)

PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa mengungkapkan, sekitar 38 orang tewas dalam protes anti-kudeta di Myanmar, Rabu (3/3). Pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa yang memprotes pemerintahan militer di seluruh Myanmar, sehari setelah negara tetangga menyerukan pengekangan dan menawarkan untuk membantu Myanmar menyelesaikan krisis.

Utusan PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener terkejut dengan bertambahnya korban tewas dan menyebut 3 Maret sebagai hari paling berdarah sepanjang kudeta militer yang berlangsung sejak 1 Februari lalu.

"Sekarang lmungkin ebih dari 50 orang (tewas) sejak kudeta dimulai dan banyak yang terluka," kata Burgener dari New York.

Dia mengutip pakar senjata yang memeriksa rekaman video yang menunjukkan polisi menggunakan senjata sub-mesin 9mm untuk menembakkan peluru tajam ke warga.

"Saya melihat klip video hari ini sangat mengganggu. Salah satunya (menunjukkan) polisi memukuli kru medis, sukarelawan dan mereka tidak bersenjata," tuturnya.

"Klip video lain menunjukkan seorang pengunjuk rasa diambil dari polisi dan mereka menembaknya dari jarak yang sangat dekat, mungkin satu meter. Dia tidak menolak penangkapannya dan sepertinya dia meninggal di jalan,"tambahnya.

Burgener mengatakan, sekitar 1.200 orang telah ditahan di Myanmar sejak kudeta bulan lalu dan banyak keluarga tidak mengetahui kondisi kesehatan atau keberadaan mereka. Melihat situasi yang semakin parah, dia pun meminta pihak internasional untuk bertindak tegas.

"Bagaimana kita bisa melihat situasi ini lebih lama? Setiap alat yang tersedia sekarang dibutuhkan untuk menghentikan situasi ini. Kami sekarang membutuhkan persatuan komunitas internasional, jadi terserah negara-negara anggota untuk mengambil tindakan yang tepat," ujarnya.

Sebelumnya pada hari Rabu, video dari berbagai lokasi menunjukkan pasukan keamanan menembakkan ketapel ke arah demonstran, mengejar mereka, dan bahkan memukuli kru ambulans dengan popor senapan dan pentungan. Perbatasan Myanmar melaporkan korban tewas setidaknya 16 pengunjuk rasa pro-demokrasi, termasuk enam orang di Yangon.

Para saksi mata mengatakan pasukan keamanan melepaskan tembakan di sebuah lingkungan di utara kota pada sore hari.

"Saya mendengar begitu banyak tembakan terus menerus. Saya tiarap di tanah, mereka banyak menembak," kata pengunjuk rasa Kaung Pyae Sone Tun, 23 tahun.

Seorang dokter mengatakan, seorang pengunjuk rasa ditembak di dada di kota Mandalay sementara seorang wanita berusia 19 tahun lainnya ditembak di kepala.

"Mengerikan, ini pembantaian. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan situasi dan perasaan kami," kata aktivis pemuda Thinzar Shunlei Yi.

baca juga: PBB Peringatkan Militer Myanmar tidak Serang Demonstran

Save the Children mengatakan dalam sebuah pernyataan, empat anak termasuk di antara korban tewas.Termasuk seorang bocah lelaki berusia 14 tahun yang dilaporkan Radio Free Asia ditembak mati oleh seorang tentara dalam konvoi truk militer yang lewat. Para tentara memasukkan tubuhnya ke dalam truk dan meninggalkan tempat kejadian.

AS mengecam kekerasan terbaru junta terhadap pengunjuk rasa dan menyerukan tindakan yang lebih global.

"Kami terkejut dan muak melihat kekerasan mengerikan yang dilakukan terhadap orang-orang Burma atas seruan damai mereka untuk memulihkan pemerintahan sipil," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price, menggunakan nama lama Myanmar.

"Kami menyerukan semua negara untuk berbicara dengan satu suara untuk mengutuk kekerasan brutal oleh militer Burma terhadap rakyatnya sendiri," tegasnya. (Aljazeera/OL-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya