Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Amerika Serikat Cegah Iran Beli Vaksin Covid-19

Mediaindonesia.com
09/12/2020 21:23
Amerika Serikat Cegah Iran Beli Vaksin Covid-19
.(AFP/STR)

AMERIKA Serikat secara aktif berusaha mencegah upaya Iran untuk membeli vaksin virus korona. Pembelian tersebut melalui Covid-19 Vaccines Global Access Facility (Covax), inisiatif internasional yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Itu diungkap Kepala Bank Sentral Iran Abdolnasser Hemmati pada Senin (7/12). Ia mengatakan harus dicatat dalam sejarah bahwa upaya Iran untuk membeli vaksin melalui Covax telah terhambat. Penyebabnya, ada masalah dalam pengiriman uang akibat sanksi yang diberlakukan oleh AS terhadap Iran.

“Sejauh ini, metode apa pun untuk melakukan pembayaran dan mentransfer mata uang yang diperlukan menghadapi kendala karena sanksi yang tidak manusiawi dari pemerintah AS dan kebutuhan untuk mendapatkan izin dari OFAC," tulis Hemmati dalam posting di Instagram. Ia mengacu pada Office of Foreign Assets Control of the US Treasury.

Iran, yang menghadapi pandemi covid-19 terbesar dan paling mematikan di Timur Tengah, mengumumkan berbulan-bulan lalu bahwa mereka telah menjadi anggota Covax untuk mengamankan vaksin.

WHO menyebut Covax sebagai harapan terbaik dunia untuk menangani pandemi secara terkoordinasi dan tepat waktu. Tujuan inisiatif internasional tersebut menjamin akses yang cepat, adil, dan setara terhadap vaksin bagi orang-orang di semua negara.

Terorisme ekonomi dan medis

Jumlah kematian resmi covid-19 Iran melampaui 50.000 pada Sabtu (5/12) ketika negara itu memerangi gelombang ketiga virus dengan lebih dari satu juta kasus yang dilaporkan. Otoritas kesehatan Iran mengatakan angka sebenarnya kemungkinan lebih dari dua kali angka resmi.

Setelah secara sepihak mengingkari kesepakatan nuklir Iran pada 2015 dengan kekuatan dunia pada Mei 2018, Presiden AS Donald Trump memberlakukan gelombang sanksi ekonomi terhadap Iran. Kampanye tekanan maksimum pemerintahan Trump terhadap Teheran sejak itu membuat seluruh sektor keuangan Iran masuk daftar hitam.

Sanksi, yang juga menargetkan bank sentral Iran, memiliki dampak yang terdokumentasi pada akses Iran terhadap pengobatan vital dalam tiga tahun terakhir. Otoritas Iran telah berulang kali mengatakan mereka menganggap sanksi tersebut sebagai contoh terorisme ekonomi dan medis terhadap rakyat Iran.

AS telah menolak permintaan sekutu tradisionalnya di Eropa dan kelompok hak asasi manusia untuk mencabut sanksi selama pandemi virus korona.

Dana Iran di Korsel

Hemmati juga menggambarkan upaya Iran untuk membeli vaksin diblokir oleh AS melalui koridor lain. Ini tampak saat Iran membelanjakan dana yang diblokir di Korea Selatan untuk membayar vaksin juga ditolak AS.

Para pejabat Iran mengatakan sekitar US$7 miliar dari cadangan negara di Korea Selatan, pembeli utama minyak Iran sebelum sanksi diberlakukan, tetap dibekukan. Korea Selatan telah gagal untuk memindahkan mereka karena takut pada pembalasan AS, meskipun ada seruan berulang kali dari Iran.

Hemmati mengatakan tekanan dan ancaman oleh AS juga telah menyebabkan Dana Moneter Internasional menghalangi permintaan pinjaman Iran. "Meskipun menyetujui hak Iran dan tidak ada hambatan ekonomi atau hukum, IMF bahkan tidak berani mengajukan permintaan Iran untuk pinjaman kemanusiaan," tulis Hemmati.

Pada Maret, ketika gelombang pertama pandemi melanda Iran, yang menyebabkan penguncian besar-besaran, negara tersebut meminta pinjaman darurat IMF sebesar US$5 miliar yang diblokir oleh AS. Iran akhirnya menggunakan sovereign wealth fund sebesar satu miliar euro (US$1,3 miliar) untuk melawan pandemi.

Hemmati mengatakan Iran sedang mengejar jalan lain untuk membayar vaksin dan sedang bernegosiasi dengan negara lain. Ia menambahkan bahwa upaya untuk memproduksi vaksin secara lokal terbilang menjanjikan. (Aljazeera/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya