Rusia Desak Armenia-Azerbaijan Patuhi Kesepakatan Gencatan Senjata

Nur Aivanni
13/10/2020 07:30
Rusia Desak Armenia-Azerbaijan Patuhi Kesepakatan Gencatan Senjata
Bangunan yang hancur akibat peperangan antaran Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh(AFP/Aris Messinis)

RUSIA mendesak Armenia dan Azerbaijan segera melakukan gencatan senjata yang disepakati atas wilayah Nagorno-Karabakh.

Bentrokan telah berkecamuk selama dua minggu terakhir di wilayah Azerbaijan yang memisahkan diri dan dikuasai oleh orang-orang Armenia setelah perang tahun 1990-an. Kemerdekaannya tidak diakui oleh negara mana pun.

Pertempuran yang terburuk sejak gencatan senjata pada tahun 1994 itu memicu kekhawatiran akan konflik regional dengan Turki mendukung Azerbaijan, sementara Armenia berusaha menarik bekas sekutu Soviet, Rusia, dan Iran.

Setelah 11 jam pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan di Moskow, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata kemanusiaan.

Tetapi kesepakatan itu dilanggar dengan adanya bentrokan yang berulang. Kedua belah pihak pun saling menuduh terkait yang melakukan pelanggaran tersebut.

"Kami berharap keputusan yang telah diambil akan dipatuhi oleh kedua pihak," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Moskow setelah menjamu Menlu Armenia, Zohrab Mnatsakanyan.

Gencatan senjata, tambahnya, harus dilaksanakan di lapangan.

Baca juga:  Armenia dan Azerbaijan Berunding, Rusia Jadi Penengah

Seorang koresponden AFP di kota Barda, Azerbaijan, tidak jauh dari garis depan mendengar gema dentuman tembakan pada Senin (12/10) pagi dan kebisingan tersebut semakin meningkat di sore hari.

Di kota utama Karabakh, Stepanakert, seorang fotografer AFP, mendengar tembakan dari arah kota Hadrut.

"Angkatan bersenjata Armenia, yang tidak mematuhi gencatan senjata kemanusiaan, berulang kali mencoba menyerang posisi tentara Azerbaijan," kata Kementerian Pertahanan Azerbaijan.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Armenia Shushan Stepanyan mengatakan Azerbaijan secara intensif menembaki front selatan.

Menyikapi kondisi tersebut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Agnes von der Muhll mendesak agar gencatan senjata tersebut dipatuhi dengan ketat. Sementara, Kementerian Luar Negeri Iran menyampaikan penyesalan atas pelanggaran gencatan senjata tersebut dan mendesak kedua belah pihak untuk melanjutkan pembicaraan.(AFP/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya