Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Trump-Biden Saling Tuduh soal Portland

Haufan Hasyim Salengke
01/9/2020 03:10
Trump-Biden Saling Tuduh soal Portland
President Donald Trump((Photo by JIM WATSON / AFP))

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump dan saingannya dari Partai Demokrat, Joe Biden, saling tuduh atas kekerasan yang meletus dalam protes di Kota Portland, Oregon, baru-baru ini.

Trump juga menyalahkan Wali Kota Portland dari Partai Demokrat, Ted Wheeler, dengan menuduhnya telah membiarkan kematian dan kehancuran di kota itu. Namun, Biden membalas dengan mengatakan Trump telah ceroboh dan mendorong kekerasan.

Dalam serangkaian cicitan, Trump mengatakan Portland tidak akan pernah pulih akibat kebodohan seorang wali kota dan menyarankan pengiriman pasukan federal ke kota itu. Dia juga menuduh Biden tidak berkemauan penuh untuk memimpin.

Dalam sebuah pernyataan, Biden balik menyerang Trump dengan menyebutnya sosok yang lemah.

"(Trump) mungkin meyakini dengan mencicit tentang hukum dan ketertiban akan membuatnya kuat, tetapi kegagalannya untuk meminta pendukungnya untuk berhenti menyulut konflik menunjukkan betapa lemahnya dia," ujar Biden.

Hukum dan ketertiban adalah tema utama dalam upaya Trump untuk terpilih kembali sebagai Presiden AS pada pilpres November mendatang. Dia berusaha menggambarkan Demokrat dan kandidat mereka, Biden, sebagai orang yang lemah dalam menyikapi kejahatan.

Sebelumnya, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Chad Wolf, mengatakan para pejabat Demokrat di Portland telah membiarkan pelanggaran hukum dan kekacauan berkembang. "Semua opsi tersedia untuk menyelesaikan situasi itu," ujarnya.

Sementara itu, Demokrat menanggapi dengan mengatakan kekerasan terjadi di bawah kepresidenan Trump, dan menuduh Pemimpin AS itu memperburuk situasi dengan retorikanya.

Wali Kota Wheeler mengatakan sesungguhnya Trump yang telah menciptakan kebencian dan perpecahan di Amerika Serikat. "Saya akan menghargai jika presiden akan mendukung kami atau tidak ikut campur," tegasnya.

 

Aksi anarki

Demonstrasi menentang rasialisme dan kebrutalan polisi telah melanda AS sejak kematian George Floyd pada Mei 2020. Pria kulit hitam berusia 46 tahun itu meninggal setelah seorang petugas polisi Minneapolis berlutut di lehernya selama hampir 9 menit.

Protes pun telah mengguncang pusat Kota Portland setiap malam selama hampir tiga bulan setelah kematian Floyd. Protes diperparah menyusul penembakan polisi terhadap Jacob Blake, pria Afrika-Amerika lainnya di Kenosha, Wisconsin.

Dalam bentrokan antara kelompok pendukung Trump dan pengunjuk rasa Black Lives Matter (BLM) di Portland pekan lalu, seorang pria kulit putih tewas tertembak. Trump menyatakan berduka atas kematian pria tersebut.

Trump mengatakan kelompok pengunjuk rasa ialah anarkis, agitator, perusuh, dan penjarah. Dia menyebut para pemimpin lokal dari Partai Demokrat tidak mampu mengendalikan para demonstran sehingga pihak federal yang akan memulihkan keamanan dan ketertiban.

Namun, Biden membela pengunjuk rasa damai dan mengatakan keadilan harus ditegakkan. Dia berulang kali menyerukan diakhirinya kekerasan.

Menurut rencana, Biden akan melakukan perjalanan ke Pennsylvania untuk berbicara tantangan keamanan yang dihadapi di bawah Trump. (AFP/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya