Prancis Larang Metode Chokehold dalam Menangkap Tersangka

Haufan Hasyim Salengke
09/6/2020 09:46
Prancis Larang Metode Chokehold dalam Menangkap Tersangka
Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk tidak memberikan toleransi pada rasisme dalam penegakan hukum(AFP/Yoan Valat)

PRANCIS mengumumkan rencana untuk melarang metode chokehold yang digunakan oleh polisi untuk menahan tersangka, Senin (8/6).

"Metode chokehold akan dihilangkan. Itu tidak akan lagi diajarkan di sekolah polisi dan gendarmerie. Itu adalah metode yang berbahaya," ujar Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner dalam konferensi pers.

Langkah itu sebagai reaksi atas kecaman terhadap kebrutalan polisi di seluruh dunia setelah pembunuhan George Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata yang meninggal akibat lehernya ditindih dengan lutut polisi di Minneapolis.

Polisi Derek Chauvin berlutut di leher Floyd selama hampir sembilan menit, menyebabkan Floyd sesak napas dan kemudian meninggal. Insiden itu memicu kemarahan di Minneapolis dan ratusan kota lain di seluruh AS serta di seluruh dunia.

Baca juga: Dewan Kota Minneapolis Janji Bongkar Departemen Kepolisian

Protes diadakan pekan lalu di Paris dan di kota-kota lain di seluruh Prancis bertepatan dengan rilis laporan keluarga Adama Traore, yang meninggal dalam tahanan polisi pada 2016 setelah ditembak oleh tiga petugas polisi.

Castaner bersama dengan Presiden Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Edouard Philippe membahas berbagai aspek rasisme polisi dan ketidaksetaraan rasial yang dijanjikan Macron untuk ditangani ketika menjabat pada 2017. Presiden meminta Castaner secara khusus memperbaiki masalah tentang etika polisi.

Ia pun berjanji unntuk tak memberi toleransi pada tindak rasisme dalam penegakan hukum. Castaner juga mengatakan akan meningkatkan jumlah petugas polisi yang dilengkapi dengan kamera tubuh saat menjalankan tugas.(AA/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya