Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
OTORITAS Hong Kong menangkap 230 orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi prodemokrasi pada Minggu (10/5). Mereka yang
ditangkap berusia antara 12 hingga 65 tahun.
Ratusan polisi antihuru-hara dikerahkan untuk membubarkan para pengunjuk rasa dan beberapa jurnalis terjebak dalam kekacauan
yang membangkitkan ingatan tentang kerusuhan intens yang mengguncang pusat keuangan global itu tahun lalu. Beberapa media, mengutip sumber, mengatakan 230 orang ditangkap. Namun, polisi keberatan mengonfirmasi angka tersebut.
Otoritas rumah sakit mengatakan 18 orang dibawa ke rumah sakit. Gambar yang disiarkan langsung dari distrik kelas pekerja di Mong Kok menunjukkan polisi antihuru-hara mengusir para wartawan dan menembakkan semprotan merica di tengah kekacauan itu.
Rekaman menunjukkan para pengunjuk rasa yang dihempaskan pasukan keamanan di tanah, terjadinya pertikaian, dan orangorang berlumuran berdarah. Polisi mene mbakkan semprotan merica ke wartawan dan aktivis serta melakukan operasi pencarian terhadap anggota masyarakat dan media.
Asosiasi Jurnalis Hong Kong (HKJA) mengatakan beberapa anggota pers dilarang melakukan rekaman atau peliputan. “Beberapa wartawan yang disemprot dengan semprotan merica tidak diizinkan untuk mendapatkan perawatan segera, dan mereka diminta untuk berhenti mengambil gambar,” kata Ketua HKJA Chris Yeung.
Polisi dengan pakaian antihuru-hara mengatakan kepada para demonstran bahwa mereka mengadakan pertemuan ilegal dan melanggar langkah-langkah antivirus yang melarang pertemuan lebih dari delapan orang. Aksi demonstrasi di Hong Kong telah berlangsung sejak Juni 201. Pemicu utama pecahnya demonstrasi ialah rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi. Masyarakat menganggap RUU itu merupakan ancaman terhadap independensi proses peradilan di sana.
Rombak pendidikan
Pemimpin Hong Kong yang pro-Beijing, Carrie Lam, berjanji akan merombak sistem pendidikan kota dengan alasan kurikulum studi liberal membantu memicu protes prodemokrasi tahun lalu.
Lam menggambarkan program sekolah menengah saat ini sebagai ‘kandang ayam tanpa atap’ dan mengatakan pemerintahnya akan segera menyajikan rencana mereka.
“Dalam hal menangani subjek studi liberal di masa depan, kami pastikan akan membuat segalanya menjadi jelas bagi publik dalam tahun ini,” ujarnya kepada koran propemerintah Ta Kung Pao dalam sebuah wawancara yang diterbitkan, kemarin.
Komentarnya kemungkinan akan mengobarkan semangat orang-orang Hong Kong yang khawatir Beijing akan memberangus kebebasan yang membuat kota itu menjadi daya tarik internasional utama. Pemerintah mengatakan undang-undang baru di erlukan untuk mengekang dukungan yang terus membesar terutama di kalangan pemuda Hong Kong untuk demokrasi dan otonomi yang lebih besar
daripada Tiongkok.
Sementara itu, kelompok oposisi mengatakan undang-undang baru itu akan memangkas kebebasan berbicara dan tidak berbuat banyak untuk menyembuhkan perpecahan kota. Hong Kong dikejutkan oleh protes prodemokrasi yang dipimpin kaum muda selama tujuh bulan berturut-turut tahun lalu, dengan jutaan orang turun ke jalan. Lebih dari 8.000 orang telah ditangkap sekitar 17% dari mereka adalah siswa sekolah menengah. (Malaymail/I-1)
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved