Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Korban Tewas Dalam Bentrokan India Jadi 32 Orang

Nur Aivanni
27/2/2020 15:29
Korban Tewas Dalam Bentrokan India Jadi 32 Orang
Massa melakukan unjuk rasa yang menentang regulasi kewarganegaraan kontroversial di India.(AFP/Narinder Nanu )

JUMLAH korban tewas dalam bentrokan di India bertambah menjadi 32 orang, pada Kamis (27/2) waktu setempat. Ribuan polisi anti huru hara dan paramiliter berpatroli di pinggiran timur laut Ibu Kota India, untuk mencegah terjadinya letusan besar.

Bentrokan itu berkaitan dengan Undang-Undang (UU) Kewarganegaraan yang menuai polemik. Sebab, regulasi tersebut memberikan kemudahan bagi imigran ilegal non-Muslim dari negara tetangga, untuk mendapatkan status warga negara India.

Sunil Kumar, direktur Rumah Sakit Guru Teg Bahadur (GTB), mengatakan rumah sakit lokal mencatat 30 kematian. Adapun kepala dokter di Rumah Sakit Lok Nayak menyatakan dua orang telah meninggal.

"Mereka semua (di GTB) mengalami luka tembak," pungkas Kumar, Kamis (27/2).

Baca juga: Tujuh Orang Tewas Selama Kunjungan Trump di India

Data korban jiwa terbaru naik dari sebelumnya pada Rabu (26/2), yakni 27 orang. Semua korban jiwa merupakan akibat bentrokan pada Senin dan Selasa waktu setempat. Ketika gerombolan Hindu dan Muslim bertikai terkait UU kontroversial tersebut.

Sejumlah rumah, pertokoan, dua masjid, dua sekolah, pasar ban dan stasiun bahan bakar, tidak lepas dari kemarahan massa. Lebih dari 200 orang juga terluka.

"Tidak ada insiden besar dari kekerasan yang dilaporkan dari daerah yang terkena dampak pada Rabu malam hingga Kamis," tutur Mandeep Randhawa, juru bicara Kepolisian Delhi.

Kekerasan meletus pada Minggu (23/2) malam, setelah kelompok Hindu keberatan dengan kelompok Muslim yang melakukan demonstrasi terkait aturan kewarganegaraan. Massa bersenjatakan pedang dan senjata membakar ribuan properti dan kendaraan. Warga mengeluhkan sikap polisi yang tidak melakukan apa pun untuk menghentikan kekerasan.(AFP/OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya