Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Warga Inggris Rayakan Brexit

Rifaldi Putra Irianto
01/2/2020 10:15
Warga Inggris Rayakan Brexit
Sejumlah warga merayakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) di Kota Morley.(AFP/Paul ELLIS)

INGGRIS resmi meninggalkan blok Uni Eropa (UE) per Jumat (31/1) pukul 23.00 waktu Inggris, setelah hampir setengah abad lamanya bergabung bersama blok UE dengan 3 tahun terakhir didominasi perselisihan tentang kapan dan bagaimana akhirnya kerajaan itu akan pergi.

Kota kecil Morley, West Yorkshire, Inggris, merayakan kepergian Inggris dari blok UE, pada Jumat (31/1) malam dengan perayaan kembang api dan lagu God Save The Queen didentumkan dari pengeras suara.

Anggota Parlemen Konservatif Andrea Jenkyns yang menggelar pesta besar tersebut mengatakan, "Malam ini adalah pesta besar Brexit Saya."

Baca juga: Inggris Resmi Keluar dari Uni Eropa

"Kami berada di jantung Brexit di Yorkshire dan semuanya terjadi di London. Dan saya pikir itu baik untuk menandai momen dengan memiliki sesuatu di sini, di daerah pemilihan saya," sebutnya.

Sekitar 400 orang menghadiri pesta perayaan tersebut. Pesta berlangsung dengan pertunjukan musik live, pidato, dan hitung mundur hingga pukul 23.00 waktu setempat yang ditandai dengan kembang api.

Morley, merupakan kota yang terkenal dengan kota Perdana Menteri Perang Dunia I HH Asquith dan penulis 'Bridget Jones', Helen Fielding.

Di sepanjang jalan utama Morley, bendera kecil Inggris terlihat menghiasi seolah menyuarakan kebebasan dan kepuasan, setelah bertahun-tahun berusaha dengan berbagai tak-tik untuk keluar dari UE.

"Saya senang itu terjadi," ucap seorang pensiunan, Michael Benn, 73.

Seorang pendeta di Morley, Chris Frost mengaku lega dengan perayaan ini, yang menandakan kebebasan bagi Inggris.

"Saya sangat senang bahwa orang dapat merayakan apa yang mereka pilih," tuturnya.

"Sebagai seorang pendeta gereja, saya bisa berbicara dengan orang yang berbeda pendapat, dan itu telah menyebabkan banyak pertikaian di antara teman-teman. Saya pikir sekarang ada perasaan lega," imbuhnya.

Meski hari tersebut menjadi, hari yang bersejarah bagi Inggris, kebebasan yang sebenarnya tidak akan berlangsung sampai akhir tahun saat periode transisi pasca Brexit berakhir.

Selama masa transisi, Inggris masih akan tetap mematuhi peraturan dan regulasi UE, meski tanpa kursi di parlemen Uni Eropa.

Tapi bagi banyak orang, mencapai hari Brexit merupakan hal yang paling utama.

"Aku senang semua sudah berakhir, kita akan menjaga diri kita sendiri. Kita tidak membutuhkan Eropa," tukas seorang warga, Raymond Stott. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya