Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
PEMBUNUHAN komandan kuat Korps Pengawal Revolusi Iran, Jenderal Qassim Suleimani, dalam serangan udara Amerika Serikat (AS), Jumat (3/1), secara tajam membelah para pemimpin kongres di sepanjang garis partai.
Perkembangan terbaru yang membuat kawasan bergolak menyalakan kembali perdebatan tentang apakah Kongres harus mengurangi kekuatan perang dari presiden.
Serangan, yang menurut Pentagon diperintahkan Presiden Donald Trump dan ditujukan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan, adalah peningkatan yang signifikan dalam kampanye tekanan pemerintah AS terhadap Teheran.
"Skenario khusus ini adalah salah satu yang telah saya pikirkan selama bertahun-tahun dan itu adalah skenario yang bisa mengarah pada jenis kekerasan dan kekacauan yang kita sedang berusaha mati-matian untuk keluar darinya," kata Andy Kim, politikus Demokrat dari daerah pemilihan New Jersey dan mantan direktur untuk Irak di Dewan Keamanan Nasional Presiden Barack Obama.
Menurut Ketua DPR AS Nancy Pelosi, serangan tersebut dilakukan ‘tanpa konsultasi' dari Kongres.
"Prioritas tertinggi para pemimpin Amerika Serikat adalah melindungi kehidupan dan kepentingan AS," kata Pelosi dalam sebuah pernyataan.
“Tetapi kita tidak bisa membahayakan nyawa anggota layanan Amerika, diplomat, dan lainnya dengan terlibat dalam tindakan provokatif dan tidak proporsional. Serangan udara malam ini berisiko memicu meningkatnya kekerasan yang berbahaya," ujarnya.
Sementara anggota parlemen Republik memuji presiden atas serangan itu, mengatakan Trump telah membawa keadilan kepada sejumlah keluarga militer AS.
Para pejabat Amerika Serikat mempertimbangkan Jenderal Suleimani bertanggung jawab atas kematian ratusan tentara AS selama perang Irak dan juga untuk kegiatan-kegiatan Iran yang bermusuhan di seluruh Timur Tengah.
"Kematiannya memberikan peluang bagi Irak untuk menentukan masa depannya sendiri yang bebas dari kendali Iran," kata Senator Jim Risch dari Idaho, ketua Komite Hubungan Luar Negeri.
Tetapi Demokrat khawatir tentang konsekuensi dari serangan itu. Senator Seth Moulton, Demokrat dari Massachusetts, menyebut Jenderal Suleimani sebagai musuh AS dengan darah orang Amerika di tangannya.
"Tapi pertanyaan yang kami perjuangkan selama bertahun-tahun di Irak adalah bagaimana membunuh lebih banyak teroris daripada yang kami ciptakan," kata Moulton dalam sebuah pernyataan.
"Itu pertanyaan terbuka malam ini ketika kita menunggu reaksi Iran terhadap eskalasi Donald Trump, yang dapat memicu perang regional, dengan masih tidak ada strategi dari pemerintah," tambah Moulton.
Anggota parlemen lainnya, seperti Senator Tom Udall dari New Mexico, menuduh Trump membawa negara itu ke tepi perang ilegal dengan Iran. (AFP/New York Times/Hym/OL-09)
KELOMPOK antipendudukan Yahudi-AS, IfNotNow, memprotes perang dan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza, Palestina, di luar Hotel Trump International, New York City.
Alec Luhn, jurnalis iklim asal Amerika Serikat dilaporkan hilang saat melakukan pendakian solo di Taman Nasional Folgefonna, Norwegia.
LEBIH dari 10 anggota Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat AS mendesak pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui negara Palestina. Demikian laporan portal Axios.
Presiden Donald Trump kembali mengancam India akan menaikan tarif impor, sebagai respon pembelian minyak dari Rusia.
RATUSAN mantan pejabat tinggi keamanan Israel menyerukan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menggunakan pengaruhnya menekan pemerintah Israel.
Nilai tukar rupiah, pada perdagangan Senin 4 Agustus 2025, dibuka menguat sebesar 104 poin atau 0,63% menjadi Rp16.409 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.513 per dolar AS.
KETIADAAN Hamas di Tepi Barat ternyata tidak membuat wilayah Palestina itu aman dari penjajahan Israel.
Steve Witkoff, utusan kepercayaan Presiden Donald Trump, bertolak ke Moskow untuk bertemu pejabat
DANY Rodrick, seorang guru besar dan ekonom terkenal dari International Political Economy at Harvard Kennedy School
India mengecam keras langkah Amerika Serikat dan Uni Eropa yang dianggap sengaja menargetkan negara tersebut karena membeli minyak dari Rusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved