Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Warga Desa Berperan Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca

Thalatie Yani Laporan dari Madrid
06/12/2019 08:00
Warga Desa Berperan Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca
Kepala Badan Informasi dan Geospasial Hasanuddin Z Abidin memaparkan kondisi geospasial Indonesia.(Dok. KLHK)

PARTISIPASI masyarakat dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca sangat penting. Peran serta masyarakat akan membuat program pemerintah lebih efektif dan tepat sasaran.

Hal itu sekaligus menciptakan nilai sosial, ekonomi, lingkungan, dan membantu mengurangi risiko bencana terkait iklim di tingkat lokal.

Tercatat 50% penduduk Indonesia berada di perdesaan dengan kisaran 83 ribu desa. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat terkait lingkungan hidup, pemerintahan Presiden Joko Widodo meluncurkan Program Desa Iklim (Proklim). Saat ini 2.086 desa/kelurahan dan dusun/RW teregistrasi sebagai kampung iklim.

Proklim dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk meningkatkan partisipasi publik serta pemangku kepentingan lainnya dalam memperkuat kemampuan adaptasi mereka terhadap perubahan iklim dan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Kami merangsang masyarakat untuk meningkatkan ketahanan mereka terhadap perubahan iklim," ujar Wakil Menteri LHK RI, Alue Dohong, dalam sambutannya saat diskusi bertema Building climate resiliency from the villages di Pavilion Indonesia di Madrid, Spanyol, kemarin.

 

Perubahan iklim

Masih terkait Konferensi Perubahan Iklim UNFCCC-COP 25 di Spanyol, Kepala Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyatakan Indonesia telah memperbaiki teknologi pemantauan iklim dan cuaca. Sistem observasi di lapangan kini diperkuat dengan dukungan sistem informasi.

"Teknologi pemantauan itu telah membantu petani dan nelayan yang rentan perubahan iklim. Petani dibimbing mengembangkan pola budi daya pertanian baru yang menyesuaikan dengan perubahan iklim yang terjadi, sedangkan nelayan dibina sehingga bisa memahami cuaca lautan lebih baik dan mengetahui lokasi keberadaan ikan," ujarnya di Paviliun Indonesia, Rabu (4/12).

Sementara itu, Kepala Badan Informasi dan Geospasial (BIG), Hassanuddin Z Abidin, menyatakan informasi geospasial sangat bermanfaat untuk manajemen pengurangan risiko kebencanaan.

Program BMKG dan BIG itu sejalan dengan upaya KLHK dalam membangun ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim. (X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya