XINJIANG Islamic Institute di Urumqi, Provinsi Otonomi Xinjiang Uigur di Tiongkok beberapa waktu lalu menjadi pemberitaan media. Diberitakan Pemerintah Tiongkok menjadikan institut ini untuk mengisolasi warga muslim Uygur.
Rombongan Indonesia dipimpin Dirut PT Adaro Garibaldi Thohir mengunjungi institut tersebut, Jumat (15/11). Turut serta dalam rombongan sejumlah pimpinan media di Indonesia.
Rektor Xinjiang Islamic Institute Abdurekep Tumniyaz menyambut rombongan. Dia membawa rombongan ke satu ruang kelas dengan puluhan murid laki-laki.
Rektor Xinjiang Islamic Institute Abdurekep Tumniyaz. (MI/Usman Kansong)
Abdurekep menjelaskan kampus Xinjiang Islamic Institute berdiri di atas tanah 10 hektare dengan luas bangunan 5 hektare yang terdiri dari ruang kelas, asrama, gedung olahraga, kantin, masjid, dan kantor.
Baca juga: Maju Pilpres, Rajapaksa Berusaha Pertahankan Kekuasaan
Pembangunannya menelan dana 279 juta yuan. "Sebanyak 250 juta yuan dibantu pemerintah pusat dan 29 juta yuan dibantu pemerintah lokal," jelas Abdurekep
Mahasiswa saat ini berjumlah 1.100 orang. Sebanyak 60% di antaranya mendapat beasiswa Rp8 juta sampai Rp16 juta per bulan. Di antara mahasiswa terdapat guru agama Islam, penceramah, atau imam yang berusia 40 tahun sampai 50 tahun.
Mereka menempuh pendidikan sarjana, vokasi D3, dan D2. Mereka dipersiapkan menjadi khatib atau penceramah. "Mereka mempelajari Islam, hukum dan konstitusi, serta sejarah dan kebudayaan dengan bahasa pengantar Mandarin, Uygur, dan Arab," ucap Abdulrekep.
Wakil Gubernur Xinjiang Arken Tuniyazi mengatakan, pendidikan seperti di Xinjiang Islamic Institute bertujuan deradikalisasi. "Pelatihan dan pendidikan yang kami lakukan ialah untum deradikalisasi dan membantu mereka mengenal undang-undang dan memperoleh keterampilan kejuruan. Ini sesuai dengan aspirasi masyarakat," kata Arken saat menjamu rombongan makan malam di kantor gubernur di Urumqi, Jumat (15/11) malam. (X-15)