Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
SETELAH setahun melakukan aksi protes di jalanan, Greta Thunberg tampil di panggung dunia. Di hadapan para pemimpin dunia di PBB, aktivis belia itu memberikan pidato tegas yang menuding para pemimpin dunia berkhianat.
Sejak mendarat di Amerika Serikat menggunakan kapal layar pada Agustus lalu, remaja Swedia itu hanya berbicara singkat di hadapan publik, memilih memberikan kesempatan kepada aktivis lain agar semakin banyak suara didengar.
Namun, di acara KTT Aksi Iklim PBB, Senin (23/9), yang digelar Sekjen PBB Antonio Guterres, Thunberg berbicara lantang.
Dia mengawali pidatonya dengan mengatakan, "Pesan saya adalah kami mengawasi kalian semua," yang disambut tawa para pemimpin dunia.
Baca juga: PBB: 66 Negara Berjanji Netralitas Karbon pada 2050
Namun, tidak lama kemudian jelas dia sedang tidak bercanda.
"Apa yang terjadi saat ini tidak benar," lanjut Thunberg terlihat jelas marah. "Saya seharusnya tidak berada di sini. Saya seharusnya sedang belajar di sekolah di sisi lain samudera."
"Namun, kalian malah meminta kami, kamu muda, untuk memberikan harapan. Mengapa begitu?" tanya perempuan berusia 16 tahun itu yang disebut sebagai pemicu gerakan iklim dunia.
"Kalian telah mencuri mimpi saya dan masa kanak-kanak saya dengan janji kosong. Meski begitu, saya termasuk beruntung. Banyak orang menderita. Banyak orang sekarat. Ekosistem terancam hancur."
"Kita berada di awal ancaman kepunahan massal dan yang bisa Anda katakan adalah masalah uang dan dongeng mengenai pertumbuhan ekonomi," serunya.
Dia mengatakan, dalam berbagai pertemuan dengan pemimpin dunia, dia diberi tahu bahwa suara orang muda didengar dan para pemimpin dunia menyadari mengenai pentingnya perubahan iklim.
"Namun, seberapa marah atau sedihnya saya, saya tidak bisa mempercayai hal itu. Karena, jika kalian benar mengerti situasi itu namun tetap tidak melakukan apa pun, itu berati kalian jahat, dan saya menolak mempercayai hal itu," kata Thunberg.
Menurut Thunberg, target memangkas emisi sebesar 50% pada 2030 hanya memberi kesempatan 50% bagi dunia untuk menghindari penaikan suhu sebesar 1,5 derajat Celcius, angka penting untuk mencegah bencana.
"Lima puluh persen risiko tidak cukup bagi kami," tegasnya.
"Kalian gagal di mata kami. Namun, kami telah menyadari pengkhianatan kalian semua. Mata generasi mendatang ada pada kalian semua. Jika kalian memilih mengabaikan kami, kami tidak akan memaafkan kalian semua," pungkasnya. (AFP/OL-2)
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved