Erdogan Jamu Putin dan Rouhani di KTT Suriah

Melalusa Susthira K
16/9/2019 13:48
Erdogan Jamu Putin dan Rouhani di KTT Suriah
Presiden Rusia Vlamidir Putin.(AFP/Shamil Zhumatov)

PERTEMUAN terbaru antara para pemimpin Turki, Rusia, dan Iran dilangsungkan di Ankara, Turki, Senin (16/9). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut Presiden Rusia Vlamidir Putin dan Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pertemuan yang membahas mengenai upaya mengakhiri perang di Suriah.

Pertemuan ketiga pemimpin negara tersebut menjadi pertemuan puncak kelima mengenai konflik sejak 2017. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Ankara kali ini menaruh fokus perhatian pada tekanan di Idlib, yang merupakan wilayah terakhir yang dikuasi oleh pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Iran dan Rusia telah menjadi pendukung setia Presiden Suriah Bashar al-Assad, sementara Turki menjadi pendukung oposisi dan menyerukan penggulingan Assad.

Namun dengan posisi Assad yang tampak semakin aman, prioritas Turki kini telah bergeser untuk mencegah gelombang besar pengungsi dari Idlib, barat laut Suriah, memasuki wilayah Turki.

Turki khawatir dengan kemajuan terus-menerus pasukan Suriah ke wilayah tersebut yang didukung oleh kekuatan udara Rusia, sekalipun ada serangkaian gencatan senjata.

Turki memiliki 12 pos pengamatan di Idlib, Suriah, untuk menegakkan perjanjian zona penyangga yang dibuat setahun lalu dengan Rusia guna mencegah serangan Suriah skala penuh.

Namun pos-pos tersebut kini terlihat semakin terancam, di mana salah satu posnya dipangkas oleh pasukan Suriah saat bergerak maju bulan lalu. Serangan udara Rusia terus berlanjut di wilayah tersebut meskipun gencatan senjata terbaru telah dilakukan antara Turki dan Rusia pada 31 Agustus lalu.

"Sejumlah besar teroris masih hadir di zona ini dan pejuang terus menembaki posisi pasukan pemerintah," kata penasihat Kremlin Yuri Ushakov.

Selain itu, Turki memiliki kekhawatiran lain tentang Suriah. Turki berulang kali mengancam akan melancarkan serangan lintas perbatasan terhadap pasukan Kurdi Suriah, yang dianggapnya bersekutu dengan militan Kurdi di wilayah Turki sendiri.

Hal tersebut membuat hubungan Turki tegang dengan sekutu Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)-nya, Amerika Serikat, yang mendukung Kurdi Suriah sebagai kekuatan tempur utama melawan kelompok Negara Islam (IS).

AS telah berjanji untuk bekerja dengan Turki untuk membersihkan pasukan Kurdi dari perbatasannya, namun Turki mengatakan kemajuan yang dihasilkan sejauh ini tidak menyelesaikan masalah berarti dan pihaknya bisa saja meluncurkan operasi ke Suriah pada akhir bulan ini.

Kepresidenan Turki mengatakan para pemimpin akan membahas perkembangan terbaru di Suriah serta memastikan kondisi yang diperlukan untuk kembalinya para pengungsi ke Suriah, dan membahas langkah bersama yang akan diambil pada periode mendatang dengan tujuan tercapainya solusi politik yang langgeng. (AFP/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya