Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Investasi di Sektor Lingkungan Hasilkan Keuntungan Berlipat

Siti Retno Wulandari
10/9/2019 22:24
Investasi di Sektor Lingkungan Hasilkan Keuntungan Berlipat
Ban Ki-moon(AFP/ Greg Baker)

THE Global Commission on Adaption, sebuah kelompok yang terdiri dari 34 pemimpin politik, pelaku bisnis dan peneliti, mengingatkan semua negara segera berinvestasi di sektor lingkungan untuk mengantisipasi dampak dari perubahan iklim.

Dalam laporannya, The Global Commission on Adaption menyebut berinvestasi sebesar US$1,8 triliun untuk lima sektor lingkungan selama satu dekade bukan hanya membantu menghadapi dampak buruk pemanasan global, tetapi juga menghasilkan keuntungan lebih dari US$7 triliun.

"Kita adalah generasi terakhir yang dapat mengubah dampak dari perubahan iklim, sekaligus generasi pertama yang merasakan dampaknya," ujar mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon pada peluncuran laporan di Beijing.

"Tunda dan membayar lebih mahal atau rencanakan dan sejahtera," imbuh pria yang masuk dalam kelompok tersebut bersama pendiri Microsoft Bill Gates dan CEO Bank Dunia Kristalina Georgieva.

Baca juga: Korut Tembakkan Proyektil setelah Tawarkan Dialog dengan AS

Kelima sektor yang disarankan diberi investasi yakni sistem peringatan dini, infrastruktur yang tahan perubahan iklim, proteksi mangrove, sistem pertanian dan sumber daya air bersih akan memberikan keuntungan lingkungan berkali lipat. Misalnya, hutan bakau atau mangrove akan memberikan perlindungan karena mampu menahan abrasi dan menjadi rumah alami bagi pembibitan perikanan. Akan tetapi, sekitar sepertiga dari ekosistem tersebut di seluruh dunia telah berganti fungsinya untuk pariwisata dan akuakultur.

"Tindakan dunia untuk memperlambat perubahan iklim menjanjikan tetapi itu saja tidak lah cukup. Kita harus berinvestasi besar-besaran untuk beradaptasi dengan kondisi yang tidak bisa dihindari," ungkapnya.

Tanpa tindakan, perubahan iklim dapat mendorong sekitar 100 juta orang di negara berkembang berada di garis kemiskinan.

Salah seorang penulis laporan, Dominic Molloy, yang berasal dari Departemen Pembangunan Internasional Inggris mengatakan fokus baru pada tindakan adaptasi tidak boleh mengurangi kebutuhan untuk mengurangi polusi karbon.

"Kami benar-benar perlu melakukan keduanya, mengurangi emisi dan beradaptasi," kata Molloy kepada AFP.

"Tujuan dari komisi ini adalah untuk meningkatkan visibilitas adaptasi, tidak bergeser dari mitigasi," tukasnya.

Biaya Kegagalan

Kegagalan untuk mengekang emisi gas rumah kaca menyebabkan munculnya gelombang panas yang mematikan, kekurangan air, badai besar yang merusak hingga naiknya suhu lautan.

Warga Bahama misalnya, wilayahnya hancur pada bulan ini akibat salah satu badai Atlantik terkuat yang pernah ada. Suhu permukaan rata-rata bumi pun meningkat 1 derajat celcius sejak akhir abad ke-19.

Perjanjian Paris 2015 menyerukan pembatasan pemanasan global di bawah 2 derajat celcius atau jika mungkin membatasi kenaikan di angka 1,5 derajat celcius. Akan tetapi, itu mendapat pukulan telak ketika Presiden AS Donald Trump menarik diri dari pakta pada 2017.

"Saya sangat berharap Presiden Trump kembali ke perjanjian iklim Paris dan melakukan sesuatu yang baik untuk kemanusiaan," ungkap Ban Ki-moon.

Label harga adaptasi sebesar US$1,8 triliun untuk periode 2020-2030 bukan perkiraan kebutuhan global, hanya mencakup sistem peringatan dan empat area lain yang diidentifikasi.

Sementara, keuntungan sekitar US$7,1 triliun didasarkan pada perhitungan Bank Dunia bahwa nilai kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim rata-rata meningkat di seluruh dunia, sekitar 1,5% per tahun.(AFP/OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya