Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ratusan Migran Tenggelam di Laut Mediterania

A Wahyu Kristianto
27/7/2019 05:45
Ratusan Migran Tenggelam di Laut Mediterania
Para imigran yang berhasil diselamatkan duduk di Pantai Khoms, Libia.(AFP)

SEBANYAK 150 orang hilang dan dikhawatir­kan tewas tenggelam setelah dua kapal yang membawa sekitar 300 migran terbalik di Laut Mediterania di lepas pantai Libia, Kamis (25/7).

Juru bicara penjaga pantai Libia, Ayoub Gassim, mengatakan dua kapal yang membawa sekitar 300 orang terbalik di perairan yang berjarak sekitar 60 mil (100 km) sebelah timur Tripoli. Sekitar 145 migran diselamatkan penjaga pantai Libia dan mereka yang selamat melaporkan bahwa sekitar 150 orang masih hilang.

Sementara itu, juru bicara AL Libia, Jenderal Ayoub Kacem, mengatakan bahwa 134 migran telah diselamatkan dan satu mayat ditemukan, sedangkan 115 migran lainnya masih hilang. “Kapal kayu yang membawa sekitar 250 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tenggelam sekitar 5 mil laut dari pantai, menurut kesaksian saksi dari para migran yang selamat,” kata Kacem dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Lembaga amal Doctors Without Borders (MSF) mengatakan sebanyak 250 migran masih hilang. “Para migran itu tampaknya sedang menuju ke laut dengan tiga kapal yang diikat bersama,” kata kepala misi MSF Julien Raickman.

Sebagian besar migran yang diselamatkan berasal dari Ethiopia, sedangkan yang lain warga Palestina dan Sudan. Penjaga pantai menunggu pihak berwenang untuk menyediakan akomodasi bagi mereka.

Kepala Badan Pengungsi PBB Filippo Grandi menyatakan peristiwa tragedi Mediterania itu terburuk tahun ini. “Mengembalikan penyelamatan di laut, meng­akhiri penahanan pengung­si migran di Libia, meningkatkan jalur aman dari Libia harus dilakukan sekarang, sebelum terlambat bagi banyak orang yang lebih putus asa,” tambahnya dalam cicitan di Twitter.

Peristiwa itu terjadi hanya beberapa minggu setelah 68 migran meninggal ketika kapal yang menuju Italia tenggelam. Kapal itu diisi sebagian besar migran Afrika, terbalik tak lama setelah berangkat dari kota Zuwara di Libia, di barat Tripoli.

Rute transit migran

Libia, yang telah dilanda kekacauan sejak pemberontakan 2011 yang menewaskan presiden Moamer Kadhafi, telah lama menjadi rute transit utama bagi para migran, ter­utama dari Afrika sub-Sahara, yang putus asa untuk mencapai Eropa.

Lebih dari 200 orang masih ditahan di pusat penahanan Tajoura, dekat garis depan pertempuran antara faksi-faksi yang bermusuhan di Libia. PBB telah menyatakan keprihatinannya atas keselamatan mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, Uni Eropa telah bermitra dengan penjaga pantai dan pasuk­an Libia lainnya untuk mencegah migran melakukan perjalanan berbahaya melalui laut ke Eropa. Kelompok-kelompok HAM mengatakan upaya-upaya itu membuat para migran bergantung pada kelompok-kelompok bersenjata brutal atau terkurung di pusat-pusat penahanan yang jorok, serta kekurangan makanan dan air.

Setidaknya 2.500 migran ditahan di pusat-pusat dan sekitar Tripoli, dengan pasukan yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar melawan sejumlah milisi yang statusnya disejajarkan dengan pemerintah baru Libia yang diakui PBB. Pemerintah menyalahkan serangan udara di pusat penahanan terhadap pasukan Haftar. Namun, pihak Haftar menolak bertanggung jawab. (AFP/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya