Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
Hong Kong tengah memasuki ‘musim semi beragam’ pendapat terkait rencana penerapan undang-undang ekstradisi hukuman bagi para pelanggar hukum ke Tiongkok. Sebagian besar warga Hong Kong terutama kalangan muda menolak undang-undang yang dibuat pemerintah pusat Tiongkok. Akan tetapi sebagai kecil mendukung pemberlakuan undang-undang tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap warga di Hong Kong umumnya memiliki satu atau dua telepon seluler. Mereka pun memiliki akun media sosial seperti Facebook atau Whatsapp. Namun ternyata kalangan yang menolak undang-undang ekstradisi lebih suka mengungkapkan pernyataan protesnya bukan di akun kedua media sosial tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, para pemprotes lebih suka mengungkapkan protes mereka dengan cara sederhana melalui secarik kertas kecil yang dilekatkan atau ditempelkan di tembok-tembok yang tersebar di beberapa tempat seputar Kota Hong Kong.
Warga lokal menyebut dinding atau tembok yang menjadi tempat melekatkan kertas-kertas kecil dengan isi tulisan protes dengan sebutan ‘Tembok (John) Lennon’. Sebutan tersebut mengacu kepada ‘Tembok Lennon’ yang berada di Kota Prague, Republik Ceko sebagai bentuk ungkapan duka pascapenembakan musikus John Lennon pada era awal 1980-an.
Di Hong Kong, para pejalan kaki mengungkapkan keluhan yang ditulis pada secarik kertas berukuran kecil sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Hong Kong. Dalam kertas-kertas itu, tak tulisan protes tetapi juga dibumbui gambar atau ilustrasi.
Sebenarnya munculnya ‘tembok Lennon’ sudah mulai sejak 2014 . Ketika itu kelompok demokrasi yang menamakan diri ‘Umbrela Movement’ melakukan aksi menduduki sejumlah gedung pemerintah sebagai bentuk protes. Para demonstran dan pendukung mereka melakukan aksi protesnya dengan melekat secarik kertas di dinding gedung.
“Jika kalian baca pesan-pesan di sini, kalian akan melihat banyak orang secara bersama memberi dukungan di sini,” ucap Elmo Ho, 21, yang membaca kertas-kertas yang melekat di sebuah tembak di Distrik Fotress Hill. Pada tembok tersebut, terdapat ratusan atau bahkan ribuan kertas dengan aneka ungkapan dan warna.
Ho dan adiknya perempuannya yang berusia 18 tahun bukan hanya melihat dan membaca kertas-kertas di ‘Tembok Lennon’. Keduanya pun tak lupa menulis ke secarik kertas dan melekatkan kertas-kertas ke ‘Tembok Lennon’.
“Ini saatnya melihat-lihat tembok yang menyajikan untuk menjaga momentum gerakan di seluruh kota,” ucap Ho yang berstatus mahasiswa. Dia juga pengawas dan pengatur dari ‘Tembok Lennon’ di Distrik Fortress Hill, Hong Kong.
“Ini adalah kesempatan yang langka bagi rakyat Hong Kong mendapat ruang kecil untuk menyatakan ungkapan,” kata Tang, 36, seorang manajer properti. “Mereka tetap berada dalam tembok ini. Mereka yang mengakui mendukung pemerintah untuk mendengarkanya. Jika mereka (pemerintah) membaca pesan-pesan ini, mereka akan mengetahui tak ada alasan untuk mendukung para pejabat (setuju undang undang ekstradisi.”
Di media sosial Facebook, Tang mengatakan sebagian dari sahabatnya masih memberi kepercayaan kepada pemerintah. “Kepala saya selalu gatal karena kami telah tumbuh di masyarakat yang bebas,” ucap Tang. (AFP/OL-09)
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved