PM Shinzo Abe Klaim Kemenangan

AFP/*/I-1
22/7/2019 23:45
PM Shinzo Abe Klaim Kemenangan
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.(Kazuhiro NOGI / AFP)

PERDANA Menteri Jepang Shinzo Abe mengklaim kemenangan untuk koalisinya dalam pemilihan majelis tinggi, Minggu (21/7). Namun, Abe tampaknya gagal mengamankan mayoritas super di majelis itu sebagai upaya mewujudkan mimpinya mengubah konstitusi pasifis bangsa.

Hasil itu akan menopang Abe dalam menjalankan mandatnya perihal kenaikan pajak konsumsi yang penting di akhir tahun ini. Ia juga menyiapkan negosiasi perdagangan dengan Washington.

"Partai-partai yang berkuasa diberi mayoritas karena rakyat mendesak kami mendorong kebijakan di bawah basis politik yang stabil," kata Abe kepada penyiar NHK. "Saya ingin memenuhi harapan mereka dengan baik," imbuhnya.

Partai Demokratik Liberal (LDP) pimpinan Abe dan mitra koalisinya, Komeito, diperkirakan akan memperoleh setidaknya 69 dari 124 kursi. Sekitar setengah kursi di majelis.

Kedua pihak menguasai 70 kursi dari 245 kursi majelis yang tidak diperebutkan. Ini menempatkan mereka di jalur mempertahankan mayoritas secara keseluruhan. Proyeksi NHK, dan perkiraan serupa oleh media lain didasarkan pada polling keluar dan analisis lainnya. "Hasilnya sesuai dengan harapan, mengindikasikan bahwa pemilih memilih status quo, bukan perubahan," ujar Shinichi Nishikawa, profesor ilmu politik di Universitas Meiji Tokyo kepada AFP.

Abe hampir pasti akan tetap berkuasa hingga November. Ia akan memecahkan rekor perdana menteri terlama di negara itu yang sebelumnya dipegang Taro Katsura. Taro ialah politikus terhormat yang mengabdi sebanyak tiga kali antara 1901 dan 1913.

Setelah pemungutan suara, Abe mengatakan akan terus berusaha memperluas dukungan untuk revisi konstitusi. Bahkan, jika kelompok prorevisi akhirnya melewati target yang diperlukan untuk mengusulkan amendemen konstitusi.

Abe telah berjanji untuk menetapkan peran Pasukan Bela Diri dalam konstitusi. Hal itu akan melarang Jepang mengobarkan perang dan mempertahankan militer.

Ketentuan-ketentuan yang diberlakukan AS setelah Perang Dunia II itu sangat populer di kalangan masyarakat luas.

Sementara itu, koalisi yang berkuasa tampaknya memenangi kepercayaan pemilih. "Situasi sulit masih di depan," kata Koji Nakakita, profesor politik di Universitas Hitotsubashi di Tokyo. (AFP/*/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya