Hong Kong Siapkan Pawai di Tengah Kemarahan soal RUU Ekstradisi

Antara
30/6/2019 22:05
Hong Kong Siapkan Pawai di Tengah Kemarahan soal RUU Ekstradisi
Aktivis yang mewakili demonstran muda memegang plakat, yang bertuliskan "Carrie Lam, jangan tembak anak-anak kita"(AFP)

PENGUASA Hong Kong menyeru semua pihak agar tenang menjelang pawai pro-demokrasi tahunan pada Senin (1/7) besok di tengah kemarahan meluas terkait dengan rancangan undang-undangan ekstradisi.

Orang-orang yang akan turun ke jalan diperkirakan dalam jumlah besar setelah protes-protes bulan ini menentang proposal tersebut.   Lebih satu juta orang berunjuk rasa beberapa kali selama tiga pekan belakangan untuk menunjukkan kemarahan dan rasa frustrasi mereka kepada pemimpin Hong Kong dukungan Beijing Carrie Lam.

Aksi tersebut memperlihatkan tantangan terbesar dari rakyat kepada pemimpin China Xi Jinping sejak ia naik ke tampuk kekuasaan pada 2012.   

Tiongkok juga sedang menghadapi perang dagang dengan Washington, ekonomi yang goyah dan ketegangan di Laut China Selatan.  

Penyerahan Hong Kong, bekas koloni Inggris kepada Beijing pada 1997, diperingati tiap tahun dan beberapa tahun belakangan ditandai dengan kesedihan yang mendalam. Para warga Hong Kong melihat aksi-aksi unjuk rasa berkali-kali diadakan menentang kendali Tiongkok Daratan.

Pada 12 Juni, warga Hong Kong turun ke jalan-jalan mengadakan aksi protes terhadap rancangan undang-undang yang mengizinkan orang-orang dikirim ke daratan Tiongkok untuk diadili. Demonstrasi itu memicu polisi menembakkan gas air mata dan peluru-peluru karet dekat
jantung pusat keuangan Hong Kong. Asap-asap membubung di antara gedung-gedung pencakar langit tertinggi di dunia di kota itu.    

 

Baca juga: Tiongkok akan Buka Bandara Raksasa pada HUT ke-70


Sekretaris Ketua Hong Kong, Matthew Cheung, menyerukan semu pihak agar tenang menjelang pawai Senin dan mengatakan di blognya pada Ahad (30/6) bahwa pemerintah sudah belajar dari kesalahan-kesalahannya.

"Sangat penting untuk memulihkan ketertiban dan ketenangan sosial sesegera mungkin, menstabilkan lingkungan bisnis dan membawa Hong Kong kembali ke jalurnya," kata Cheung.

Lam, yang meminta maaf atas pergolakan tersebut, tak terlihat di depan publik sejak 18 Juni, menangguhkan RUU Ekstradisi itu setelah
protes-protes yang sangat ricuh dan terbesar di Hong Kong terjadi dalam beberapa dekade, tetapi tidak memenuhi tuntutan untuk membatalkannya.
 
Para pegiat juga menuntut pemerintah membatalkan semua tuduhan terhadap mereka yang ditangkap dalam protes-protes, menuduh polisi bertindak berlebihan dan menghentikan sebutan demonstrasi sebagai huru-hara, yang dapat menyebabkan mereka yang ditangkap dijatuhi hukuman penjara lebih berat.  

Namun dalam aksi mendukung polisi, ribuan orang berkumpul di tengah hujan deras dan panas terik, sebagian mengibarkan bendera China dan menyelenggarakan upacara mengheningkan cipta. Polisi memperkirakan 53.000 orang mengikuti pawai pada Ahad. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya