Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
KOREA Utara mengecam Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Bolton, yang disebut sebagai gila perang. Padahal, Presiden AS, Donald Trump, menggulirkan pandangan positif terhadap hubungan dengan Korea Utara.
Pembicaraan antara Washington dan Pyongyang menemui jalan buntu, sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) bilateral putaran kedua di Hanoi, Vietnam, pada Februari lalu. Kedua pemimpin negara gagal membuat kesepakatan tentang denuklirisasi. Setelahnya, Korea Utara berupaya meningkatkan tekanan, berikut melakukan uji coba rudal jarak pendek awal bulan ini.
Baca juga: Tornado Hantam Oklahoma, Dua Orang Tewas
Pada Sabtu kemarin, Bolton mengatakan dengan yakin bahwa Korea Utara melanggar resolusi Dewan Kemanan PBB terkait peluncuran rudal balistik. Kendati demikian, dia menekankan Washington masih siap melanjutkan pembicaraan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menepis pernyataan Bolton. Dia menegaskan Pyongyang tidak pernah menerima larangan PBB atas teknologi balistik, yang mengingkari hak Korea Utara sebagai negara berdaulat.
"Bolton mengatakan latihan militer reguler kami telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Itu sangat bodoh," bunyi pernyataan juru bicara yang dilaporkan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Tanpa mengaitkan senjata sebagai rudal, pernyataan tersebut menekankan peluncuran tidak menargetkan, atau mengancam negara-negara tetangga. "Larangan peluncuran menggunakan teknologi balistik sama dengan memberitahu kita untuk melepaskan hak membela diri," lanjut pernyataan resmi tersebut.
Sang juru bicara juga mengecam Bolton, sekaligus menyebutnya sebagai gila perang yang menyebarkan berbagai kebijakan provokatif terhadap Korea Utara. Sebelumnya, Bolton menganggap Korea Utara menjadi bagian Poros Kejahatan, bersama dengan Iran dan Irak pada 2002.
Dia pun menuding pejabat hawkish itu yang memicu perang Irak, serta memimpin upaya untuk membatalkan Perjanjian Nuklir Jangka Menengah antara AS dan Rusia. Padahal, perjanjian itu bertujuan menjamin perdamaian di Eropa selama beberapa dekade.
"Belum lama ini, dia kembali menghidupkan ketenarannya sebagai gila perang. Dengan tetap sibuk terhadap upaya memulai perang lain di Timur Tengah dan Amerika Selatan," imbuh juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
Baca juga: Trump Jadi Pemimpin Dunia Pertama yang Bertemu Kaisar Baru Jepang
"Bukan sebuah kebetulan bahwa ada kritik terhadap Bolton sebagai gila perang, yang membisikkan hal itu kepada presiden. Sekalipun dia menghindari dinas militer, dengan mengatakan tidak ingin mati di sawah Asia Tenggara," lanjutnya, seraya menuding Bolton berupaya menghancurkan keamanan dan perdamaian.
Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Korea Utara muncul beberapa saat setelah Trump mengeluarkan komentar menyejukkan. Dalam kunjungan kenegaraan di Jepang, Trump menyatakan rasa hormat yang begitu besar terhadap hubungan AS dengan Korea Utara. Pihaknya optimistis banyak hal baik akan terjadi. (AFP/OL-6)
Menlu AS Marco Rubio dan mitranya dari Prancis, Jerman, dan Inggris sepakat menetapkan akhir Agustus sebagai batas waktu de facto untuk mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran.
Donald Trump pada Selasa (15/7) menyatakan telah mencapai kesepakatan dagang dengan Indonesia setelah melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Prabowo Subianto.
INDONESIA harus berkorban untuk mencapai kesepakatan negosiasi tarif impor dengan Amerika Serikat yang berujung pada penurunan persentase dari 32% menjadi 19%.
PRESIDEN Prabowo Subianto berseloroh saat ditanya soal puas atau tidak dengan hasil negosiasi bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait tarif impor.
Kesepakatan dagang dengan AS dinilai masih tetap merugikan Indonesia. Tarif yang dipatok di angka 19% dinilai masih cukup tinggi dan memberikan risiko terhadap neraca perdagangan nasional.
Hal ini dilakukan setelah Presiden melakukan lawatan ke sejumlah negara selama dua pekan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved