Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Optimisme Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok Semakin Meningkat

Tesa Oktiana Surbakti
14/4/2019 15:45
Optimisme Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok Semakin Meningkat
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin(AFP/MANDEL NGAN)

PERANG dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok dipandang sebagai sumber utama ketidakpastian yang menghambat perekonomian global. Namun, belakangan ini, optimisme terhadap kesepakatan dagang AS-Tiongkok semakin meningkat.

Meski tidak ada batas waktu untuk mengakhiri konflik dagang antara dua ekonomi raksasa global, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyatakan perundingan mendekati titik konklusi. Hal itu menunjukkan sinyal baru kemajuan.

Pernyataan Mnuchin mengemuka dalam sesi pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington, AS. Pertemuan akbar itu diwarnai kekhawatiran kebijakan perdagangan AS, yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi global.

Pekan ini, IMF memperkirakan ekonomi dunia yang melambat bisa kembali pulih pada akhir 2019. Dengan catatan, dua negara ekonomi utama global menyelesaikan sengketa bilateral.

Dalam pernyataan akhir pada Sabtu (13/4) waktu setempat, Komite Pengarah IMF yang mewakili 189 anggota, menekankan urgensi penyelesaian konflik perdagangan AS-Tiongkok. Mereka turut mendukung reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sebagaimana permintaan AS.

Baca juga: Trump Buka Peluang KTT Ketiga dengan Kim

IMF kerap memperingatkan dampak besar yang timbulkan kebijakan tarif dan hambatan perdagangan. Akan tetapi, komite tersebut cenderung menjauhi tombol panas yang tidak terduga, dalam sebuah forum yang dikhususkan untuk liberalisasi perdagangan.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan banyak petinggi yang hadir dalam pertemuan di Washington menggaungkan pandangan tekait kontribusi perdagangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Wakil Gubernur Bank Sentral Tiongkok Chen Yulu memeringatkan kebijakan proteksionisme dari beberapa negara telah merusak kepercayaan di antara negara-negara. Kendati demikian, dia tidak menyebut langsung nama AS.

Di lain sisi, Washington, pekan ini, mengguncang negara-negara Uni Eropa dengan mengancam serangkaian tarif baru. Langkah itu sebagai pembalasan atas kebijakan subsidi kepada produsen penerbangan, Airbus. Pemerintah AS juga tengah mempersiapkan pembicaraan perdagangan baru dengan Jepang.

Lebih lanjut, Mnuchin menegaskan Presiden AS Donald Trump ingin jajarannya lebih fokus mencapai kesepakatan perdagangan yang kondusif dengan Tiongkok, daripada kesepakatan yang cepat.

"Lebih penting untuk membuatnya dengan tepat, ketimbang mempercepat kesepakatan. Tapi, saya melihat kita semakin dekat menuju babak final konklusi perdagangan," tukas Mnuchin.

Dalam diplomasi maju-mundur antara AS dan Tiongkok sejak Januari lalu, guna menyelesaikan perang dagang selama sembilan bulan, kedua belah pihak terus menyatakan optimisme secara hati-hati.

Mnuchin menuturkan para pejabat Washington dan Beijing mengadakan putaran pembicaraan melalui telepon pekan lalu. Mereka membahas lebih banyak rencana pekan depan, termasuk pertemuan langsung yang dibutuhkan.

Poin penting dalam pembicaraan ialah desakan pejabat AS untuk mencapai kesepakatan yang bergigi. Dalam hal ini, mereka mempertahankan kebijakan pemberlakuan tarif baru, apabila Tiongkok melanggar komitmen.

Akan tetapi, Mnuchin enggan memberikan penjelasan lebih lanjut saat dikonfirmasi terkait hal tersebut.

"Jelas ada komitmen tertentu yang dibuat AS dalam perjanjian bilateral. Begitu juga dengan Tiongkok. Saya berharap mekanisme penegakan bekerja dari kedua arah. Ini adalah perjanjian yang sangat terperinci, mencakup sejumlah masalah yang belum pernah ditangani sebelumnya," papar Mnuchin.

Pekan lalu, Trump menisyaratkan konklusi perundingan bilateral akan tercapai sekitar empat pekan mendatang. (AFP/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya