Parlemen Inggris Cari Strategi Baru Brexit

Tesa Oktiana Surbakti
26/3/2019 20:29
Parlemen Inggris Cari Strategi Baru Brexit
Parlemen Inggris.(AFP/HO/various sources)

PARLEMEN Inggris mencari strategi baru Brexit, setelah melakukan pemungutan suara terhadap usulan Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May. Langkah itu berisiko membiarkan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) tanpa kesepakatan.

Sejumlah anggota parlemen Inggris tidak puas dengan upaya Inggris yang gagal menemukan jalan keluar dari Uni Eropa. Padahal, proses perdebatan dan negosiasi memakan waktu selama tiga tahun. Pemungutan suara pada Senin waktu setempat, memberikan peluang bagi anggota parlemen untuk menyampaikan pendapat yang lebih luas mengenai masa depan Inggris.

Baca juga: Dapat Pesanan Besar dari Tiongkok, Saham Airbus Menguat

Ketentuan mosi menciptakan waktu pengajuan proposal Brexit versi parlemen Inggris. Di lain sisi, pemerintah Inggris berusaha mencegah perceraian yang berantakan dalam dua pekan terakhir. Hasil pemungutan suara yang belum pernah terjadi mencerminkan posisi 329-302, disusul kemunduran tiga menteri junior untuk melawan kebijakan PM Inggris.

Menteri Bisnis Richard Harrington melepaskan jabatannya karena kecewa dengan upaya May, berikut kebuntuan Brexit yang membuat Inggris mengalami defisit demokrasi. "Kita harus mencapai kesepakatan demi kepentingan negara," cetus Menteri Luar Negeri Junior, Alistair Burt, yang juga mengundurkan diri.

Surat kabar The Times menyebut pemungutan suara membuat May seakan dihina, dan harus bersiap menjalani pemilihan nasional lebih awal. Hal serupa juga diutarakan The Financial Times, yang mengamini pemimpin Inggris berisiko kehilangan kendali atas Brexit.

Langkah melawan May didukung anggota parlemen pro Uni Eropa, yang ingin membalikkan Brexit serta menjaga hubungan ekonomi lebih dekat dengan 27 negara anggota Uni Eropa. Bisa dikatakan tidak sikap parlemen Inggris tidak sepenuhnya jelas, ketika mendekati berakhirnya kemitraan Inggris-Uni Eropa selama 46 tahun.

Para pemimpin Uni Eropa mendorong pemunduran batas waktu Brexit pada 12 April, setelah bertemu dengan May di Brussel pekan lalu. Uni Eropa memandang rencana Inggris pasca Brexit masih belum jelas.

Baca juga: Bahas Kebijakan Terkait Korut, Utusan Khusus AS Kunjungi Tiongkok

Salah satu pendukung langkah ambil alih kendali Brexit dari May, Hilary Benn, mengatakan anggota parlemen akan menghadapi berbagai opsi dalam pemungutan suara pada Rabu mendatang. "Pada putaran pertama menyangkut proposisi. Anda memilih sebanyak mungkin. Kami dapat mengubah sistem pekan depan, karena kami berusaha mempersempit cakupan," tukas Benn.

Kekhawatiran terbesar May saat ini adalah rencana masa depan yang diperdebatkan parlemen. Termasuk, membuat cengkeraman yang lebih kuat terhadap agenda Brexit dengan mengesahkan undang-undang yang mengendalikan pemerintah.(AFP/OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya