Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
BANK Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga pertama tahun ini. Kemungkinan besar tingkat suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) tetap dipertahankan.
Sepanjang 2018, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali. Akan tetapi, meningkatnya kekhawatiran pelambatan ekonomi AS di tengah konflik dagang dengan Tiongkok, mendorong pejabat The Fed untuk bersabar. Mereka memberikan sinyal akan mengambil waktu pendalaman kinerja ekonomi.
Penutupan sebagian pemerintah AS (shutdown) selama lima pekan, merusak kinerja ekonomi domestik pada kuartal I 2019. Namun, dampak gangguan diprediksi akan segera pulih.
Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, berulang kali mengguncang pasar melalui pernyataan yang dinilai terlalu optimistis. Pada tahun lalu, dia juga mengisyaratkan kenaikan suku bunga acuan di masa mendatang.
Menghadapi serangan balik dari upayanya untuk berbicara terus terang, Powell kemudian mundur dari pendiriannya dan berusaha menekankan ketidakpastian mengenai prospek ekonomi. Dia menggambarkan situasi saat ini berada di ruangan gelap, sehingga memerlukan waktu untuk menemukan jalan yang tepat.
Baca juga: BI Pertahankan Bunga Acuan Seiring Langkah The Fed
Di lain sisi, sejumlah ekonom berpendapat reaksi kegelisahan pasar terbilang berlebihan. Tanda-tanda pelambatan ekonomi memberikan alasan kuat bagi The Fed untuk menyela pengetatan kebijakan moneter.
Ekonom Joel Narroff mengatakan pernyataan The Fed yang dirilis pada 1900 GMT, Rabu (30/1), akan menggarisbawahi ketidakpastian yang diawasi dengan cermat. Termasuk, memperhatikan kondisi perekonomian Tiongkok.
"Sampai masalah ini selesai, The Fed kemungkinan akan bergerak lambat. Karena perang dagang berpotensi membawa ekonomi global dalam resesi," ucap Narroff.
Powell memiliki kesempatan lain untuk menenangkan pasar yang gelisah, saat memberikan konferensi pers pertama dari total delapan konferensi pers sepanjang tahun ini. (AFP/OL-3)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Presiden Donald Trump mengatakan sangat kecil kemungkinan untuk memecat ketua The Fed Jerome Powell.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada Kamis 10 Juli 2025, diperkirakan bergerak menguat Penguatan bisa terjadi karena didorong sentimen global.
BANK Indonesia memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya secara bertahap dalam dua tahun mendatang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 26 Juni 2025, dibuka menguat 9,71 poin atau 0,14% ke posisi 6.841,85.
IHSG hari ini, Rabu 25 Juni 2025, berpeluang bergerak menguat. Sentimen utamanya tidak lain karena seiring meredanya konflik Iran vs Israel di kawasan Timur Tengah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved