Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
SALAH satu keunikan dunia wisata Korea Selatan (Korsel) yang sering ditonjolkan dan diberitakan adalah kelompok wanita tangguh yang disebut sebagai Haenyeo. Keseharian mereka menjadi penyelam bebas tanpa peralatan untuk mencari hasil laut di Pulau Jeju menjadi pembicaraan dunia.
Para wanita ini terbiasa menyelam secara berkelompok dengan saling mendukung satu dengan lainnya. Keunikan ini kemudian menjadi budaya yang diwariskan ke generasi berikutnya.
Pakar Genetika Ekologi IPB University Prof Ronny Rachman Noor tertarik untuk menjelaskan sisi ilmiah keunikan Haenyeo ini.
Ia mengatakan, para penyelam bebas ini memiliki kemampuan menyelam sedalam 18 meter di bawah permukaan laut dalam waktu yang sangat lama. Mereka mengumpulkan bulu babi, abalon, dan makanan laut lainnya sebagai mata pencaharian keluarga.
"Ketahanan para wanita tangguh ini memang luar biasa. Dalam sehari, mereka bisa menyelam tanpa peralatan selama 4–5 jam, tentunya dengan beberapa kali muncul ke permukaan untuk menarik nafas," tuturnya.
Dari catatan sejarah, kebiasaan mencari hasil laut dengan menyelam ini sudah berlangsung selama ribuan tahun lamanya. Kemahiran menyelam ini diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Generasi penerus penyelam bebas biasanya mulai belajar menyelam dari ibu mereka sejak usia dini.
"Diduga karena dengan semakin sedikitnya jumlah penyelam laki laki, akhirnya terbentuklah Haenyeo penyelam wanita," ungkap Prof Ronny.
Keunikan penyelam bebas wanita Korea Selatan ini mengundang perhatian para peneliti. Mereka mempertanyakan apakah para wanita penyelam ini memiliki DNA khusus yang memungkinkan penggunaan oksigen lebih efisien. Hal ini diduga membuat mereka dapat bertahan lebih lama di dalam air dibandingkan orang normal.
Di samping itu, muncul juga pertanyaan apakah kemampuan para wanita ini bertahan lama di dalam air merupakan hasil latihan yang dilakukan secara bertahap dan dilakukan dari mulai usia dini sampai mereka berusia lanjut?
Prof Ronny mengungkap, para peneliti lintas negara dari Korsel, Denmark, dan Amerika Serikat (AS) berhasil mengungkap bahwa Haenyeo ini paling tidak memiliki dua keunikan. Pertama, denyut jantung yang lebih sedikit. Kedua, tekanan darah yang lebih rendah ketika menyelam jika dibandingkan dengan orang normal.
"Dari sisi genetika ekologi, dua keunikan ini dapat diartikan sebagai proses evolusi yang menyebabkan para wanita penyelam tradisional ini lebih mampu menghadapi dan menahan stres fisiologis akibat menyelam bebas," jelas Prof Ronny.
Lanjutnya, ketika Haenyeo berada di dalam air, mereka menghadapi kondisi yang membuat mereka stres, seperti kekurangan oksigen, suhu air yang dingin, dan tekanan kedalaman air.
"Hasil evolusi dan adaptasi seperti tekanan darah yang lebih rendah dan denyut jantung yang lebih lambat ini merupakan variasi genetik yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan perbaikan kesehatan masa depan, utamanya terkait dengan daya tahan terhadap stres," ujarnya.
Menurut dia, proses dan mekanisme adaptasi Haenyeo pada kondisi stres ketika menyelam dalam air tanpa peralatan menjadi daya tarik tersendiri. Pasalnya, pada kondisi ekstrem sekalipun ternyata manusia dapat beradaptasi dengan baik.
Prof Ronny berpandangan bahwa fenomena ini akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan individu pada kondisi stres.
Sebab, rendahnya tekanan darah dan lebih lambatnya denyut jantung Haenyeo menyebabkan mereka dapat menggunakan oksigen yang terbatas secara lebih efisien dalam kondisi stres jika dibandingkan dengan orang normal.
"Daya tahan Haenyeo terhadap suhu dingin di dalam air dan rasa nyeri akibat tekanan air juga merupakan contoh bagaimana manusia dapat beradaptasi dan berevolusi agar tetap bertahan pada kondisi stres," jelas Prof Ronny.
Dugaan adanya proses adaptasi bertahap ini tercermin pada kenyataan bahwa para wanita penyelam tradisional ini bahkan tetap menyelam ketika mereka hamil. Bayi mereka pun mulai terekspos pada lingkungan stres sejak dalam kandungan.
Ketahanan para penyelam wanita ini secara perlahan-lahan muncul karena mereka terlatih menyelam dalam segala cuaca, termasuk saat turun salju dengan pakaian menyelam minimalis.
Keunikan dan ketangguhan wanita penyelam Korea Selatan ini memang sudah melegenda dan menjadi ikon wisata yang banyak mengundang wisatawan mancanegara.
Namun, sebut Prof Ronny, ketenaran mereka tampaknya kini tengah terancam karena umur Haenyeo ini rata-rata sudah 70 tahun dan wanita muda yang tertarik dengan profesi ini sangat sedikit.
"Jika tidak ada lagi generasi penerus, tentunya sangat mengkhawatirkan. Korea Selatan tidak hanya kehilangan ikon wisatanya saja, tetapi dunia bisa kehilangan kesempatan untuk mempelajari gen-gen yang mereka miliki yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia," paparnya.
Prof Ronny menyimpulkan, Haenyeo merupakan salah salah contoh fenomena perpaduan faktor genetik dan lingkungan yang berfungsi untuk memelihara sistem metabolisme yang normal pada kondisi stres (Homeostasis).
"Variasi genetik ketahanan pada kondisi stres ini merupakan produk evolusi sekaligus modal bagi makhluk hidup, termasuk manusia untuk dapat bertahan jika mendapat tekanan stres lingkungan," tutupnya. (Z-1)
PENARI cilik asal Indonesia, Matamiyu, belakangan mencuri perhatian warganet dengan koreografinya yang memukau. Matamiyu tampil di berbagai ajang kompetisi
Investigasi akan mencakup beberapa tuduhan penting, termasuk rencana darurat militer yang gagal dilaksanakan oleh Yoon.
SEORANG perempuan asal Korea Selatan melahirkan lima bayi dan sempat menggemparkan dunia medis pada 2024 lalu. Pasangan asal Korea Selatan tersebut ialah Kim Joon Young dan Sagong Hye Ran
DERETAN perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) asal Korea Selatan memamerkan inovasi terbaru mereka dalam acara ASEAN-KOREA Digital Business Partnership 2025.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang dilakukan yaitu pengembangan sistem klaim digital dan pengembangan sistem pembayaran kepada seluruh fasilitas kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved