Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Tungau Demodex: Si "Penjaga Malam" di Wajah Kita yang Tak Terlihat

Thalatie K Yani
31/5/2025 11:38
Tungau Demodex: Si
Tahukah kamu bahwa saat tidur, tungau demodex merayap di wajahmu untuk kawin dan membersihkan pori? Simak peran tersembunyi makhluk mikroskopis ini.(Andrew Chatman/Thai Microcosmos)

TAHUKAH kamu ketika kita tidur, ada tungau yang merayap keluar dari pori-porimu untuk 'berpesta'. Invertebrata ini panjangnya 0,15 milimeter hingga 0,4 milimeter, hidup di sekitar bagian luar folikel rambut dan memakan kandungan minyak di dalamnya.

“Saat kita tidur, mereka keluar dan sangat senang — kawin, mengunjungi kerabat, berjalan di wajah kita. Begitu kita bangun, mereka langsung kembali masuk ke pori,” kata Alejandra Perotti, profesor biologi invertebrata dari University of Reading, Inggris.

Kalau kamu merasa jijik, Perotti mengatakan, “tidak perlu.” Tungau demodex lebih sering menjadi teman daripada musuh.

Sebagai imbalan atas tugas mereka membersihkan kotoran di pori-pori kita, kita memberikan mereka melatonin, hormon yang diproduksi kulit dan membantu kita tidur, namun memberikan energi penting bagi tungau ini, jelas Perotti. Seperti vampir mikroskopis, tungau ini berevolusi untuk menghindari sinar ultraviolet matahari yang dapat merusak DNA mereka dengan mudah.

Wajah manusia umumnya memiliki hingga lima tungau per sentimeter persegi — meskipun kamu tidak bisa melihatnya tanpa mikroskop. Jika sistem imunmu melemah, populasi tungau ini bisa berkembang terlalu banyak dan memicu berbagai masalah kulit dan mata.

Penyebab Masalah

Tungau demodex bisa berkembang biak dengan cepat di malam hari, menyebabkan pertumbuhan berlebih yang disebut demodikosis, kata Dr. Richard Locksley, profesor kedokteran di University of California, San Francisco.

Individu dengan sistem kekebalan lemah, seperti lansia atau pasien kemoterapi, lebih rentan mengalami demodikosis dan bisa mengalami reaksi inflamasi terhadap tungau serta bakteri yang bisa berkembang di dalam tubuh mereka, jelas Locksley.

Belum sepenuhnya diketahui mengapa beberapa orang mengalami peradangan akibat tungau ini. “Namun yang diketahui, hewan liar tidak mengalami penyakit karena tungau, tetapi anjing dan kucing domestik mengalaminya. Jadi mungkin, saat manusia hidup di lingkungan baru, ada mutasi genetik yang mengganggu jalur imun kita,” kata Locksley.

Peradangan tersebut bisa muncul sebagai rosacea, jerawat, kulit kering dan mengelupas, terutama di pipi, kelopak mata, dahi, dan lipatan wajah yang berminyak, menurut Dr. Roberto Ricardo-Gonzalez, profesor dermatologi di UCSF yang bekerja bersama Locksley meneliti tungau ini.

Untuk memastikan apakah tungau demodex menjadi penyebab iritasi kulit, dokter kulit bisa melakukan pengambilan sampel kulit dengan cara menempelkan selotip atau mengikis lapisan atas, lalu memeriksanya di bawah mikroskop.

Dalam pemeriksaan mata rutin, dokter bisa mencari penumpukan seperti lilin dari telur dan kotoran tungau di pangkal bulu mata. Dr. Cory Lappin, seorang optometris di Ohio, menyebut penumpukan ini sering menjadi penyebab mata kering, gatal, kerontokan bulu mata, dan bahkan bintitan berulang.

Pencegahan dan Pengobatan

Tidak perlu panik. “Sebagian besar orang sama sekali tidak sadar bahwa mereka memiliki tungau ini, dan sebaiknya tetap begitu,” ujar Locksley. “Terlalu sibuk mencari masalah bisa malah memperburuk keadaan. Kalau ada keluhan, lebih baik konsultasikan ke dokter.”

Baik Lappin maupun Ricardo-Gonzalez menyarankan untuk menjaga kebersihan rutin sebelum tidur, termasuk membersihkan wajah dengan lembut untuk menghilangkan kotoran dan kelebihan minyak. Hapus riasan mata dan bulu mata palsu sebelum tidur untuk menjaga kebersihan area mata dan menghindari iritasi, kata Lappin.

Bagi pemilik kulit berjerawat, bisa menggunakan retinoid topikal satu atau dua malam seminggu, tapi perlu diingat bahwa rutinitas perawatan kulit malam harus dilakukan dengan moderat.

“Saya melihat pada pasien, ketika penghalang kelembapan kulit terganggu — kulit terlalu kering atau justru memproduksi minyak berlebih karena peradangan atau terlalu sering mencuci wajah — tungau bisa tumbuh berlebih,” kata Ricardo-Gonzalez.

Tidur yang cukup dan teratur juga penting untuk menghindari produksi minyak berlebih, yang merupakan makanan bagi tungau ini.

Untuk mengobati demodikosis, dokter kulit mungkin akan meresepkan ivermectin topikal atau oral untuk menurunkan jumlah tungau kembali ke tingkat normal. Namun, tidak mungkin menghilangkan mereka secara permanen.

FDA (Badan POM AS) juga telah menyetujui tetes mata khusus pada 2023 untuk mengobati peradangan kelopak mata yang terkait dengan demodex, tambah Lappin.

Ada Sekarang, Mungkin Hilang Nanti?

Telah diamati hidup di manusia selama berabad-abad, tungau demodex diyakini diturunkan melalui kontak dari ibu ke bayi segera setelah lahir. Namun, menurut penelitian Perotti tahun 2022, makhluk simbiotik ini mungkin sedang mengalami “kematian evolusioner jangka panjang.”

“Ketika suatu organisme hidup dalam hubungan simbiotik, itu bisa memicu pengikisan genom, yaitu hilangnya gen secara bertahap,” jelas Perotti. “Kami memprediksi hal ini akan terus berlanjut hingga tungau tersebut akhirnya menghilang.”

Tanpa predator, ancaman luar, atau pesaing, tungau demodex tidak memiliki tekanan seleksi, jelas Perotti. Karena hanya diwariskan dari manusia yang saling terkait, populasinya kekurangan keragaman genetik — dengan kata lain, mereka mengalami kawin sedarah (inbreeding).

Belum diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga mereka punah, namun menurut Perotti, ini bukan hal yang patut dirayakan atau disesalkan, karena manusia kemungkinan akan beradaptasi untuk tidak lagi bergantung pada tungau ini.

“Selama ini tungau mendapat reputasi buruk. Mereka disalahkan atas berbagai masalah, padahal yang bermasalah sebenarnya adalah sistem imun yang lemah, bukan tungau itu sendiri,” kata Perotti. “Kita sebaiknya menganggap mereka sebagai teman.” (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya