Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Total Kecurangan Pelaksanaan UTBK-SNBT Berkisar Ratusan

Despian Nurhidayat
27/5/2025 12:25
Total Kecurangan Pelaksanaan UTBK-SNBT Berkisar Ratusan
Peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer- Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus UPN Veteran. Limo, Depok, Jawa Barat(ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

KETUA Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) Eduart Wolok mengatakan bahwa jumlah kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer–Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) berkisar ratusan dari 860.976 pendaftar. 

“Kalau total pelanggaran dari peserta itu di ratusan. Ya ada di ratusan. Tapi kan sekali lagi kita kan tidak melihat jumlahnya. Oke memang kalau jumlah 100 lebih dari 800 ribu kan kecil gitu. Tapi kalau ini dibiarkan kan bahaya. Jadi memang justru ketika kita menemukan ini, ini yang harus segera kita tindak lanjut,” ungkapnya usai Konferensi Pers Pengumuman SNBT 2025 di Kantor Kemdiktisaintek, Jakarta, Selasa (27/5). 

Lebih lanjut, Eduart mengatakan bahwa nilai perputaran uang dari praktik kecurangan ini belum diketahui. Namun, untuk program studi favorit, uang yang dikeluarkan bisa mencapai kisaran ratusan juta. 

“Nilai perputarannya kita belum ketahuan, tetapi memang sudah ada yang melaporkan untuk transaksi ya, terkait misalnya untuk prodi-prodi favorit itu bisa mencapai ratusan juta. Satu peserta dan satu kursi bisa mencapai ratusan juta. Mayoritas ada di kedokteran,” jelas Eduart. 

Tidak Hanya di Pulau Jawa

Dia pun menambahkan bahwa kecurangan tersebut tersebar secara merata. Bukan hanya di Pulau Jawa saja tapi juga di luar Pulau Jawa. 

“Tersebar ya baik yang ada di Sumatra, Jawa, Kalimantan, bahkan sampai di Papua itu ada, di Sulawesi itu ada upaya-upaya kecurangan. Makanya itu kita katakan tadi, kalau kita menyinyalir saat ini itu ada kecurangan yang dalam bentuk jejaring dan terstruktur. Memang itu kita butuhkan teman-teman dari aparat hukum untuk bisa menindaklanjuti dengan lebih detail ya. Karena memang kita memiliki keterbatasan akses untuk itu,” kata dia. 

Terkait modus yang paling baru, menurut Eduart adalah dengan menggunakan rekayasa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), dengan mengamuflase dari mulai kartu peserta dan sebagainya. 

“Tetapi kan di kartu peserta itu kan kita memiliki barcode. Jadi ketika kita bisa melakukan deteksi dari barcode dan kartunya ternyata tidak sesuai, kemudian juga kita memiliki kode-kode khusus. Jadi misalnya ada peserta menyampaikan kartunya bahwasannya dia ujian di pusat UTBK A gitu. Dia tidak sadar bahwasannya kita memiliki kode, baik di penomoran maupun barcode itu yang ternyata menyatakan bahwasannya dia tidak ada di pusat A, tetapi di pusat lainnya gitu. Jadi ini bentuk-bentuk dari standar operasional kita untuk melakukan mitigasi terhadap kecurangan,” tegas Eduart. (Des/M-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya